TEMPO.CO , Pathein: PATHEIN - Pemimpin gerakan demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi, kemarin mengawali perjalanan kampanyenya sebagai kandidat dalam pemilihan parlemen sela pada April mendatang. Komisi pemilihan umum telah meloloskan Suu Kyi untuk maju sebagai kandidat setelah seluruh persyaratan terpenuhi.
Lebih dari 10 ribu pendukung Suu Kyi membanjiri jalan-jalan di sepanjang kawasan delta Irrawaddy, kawasan yang paling sengsara saat bencana topan Nargis terjadi pada 2008. Di sepanjang jalan, Suu Kyi disambut oleh para pendukungnya di Pathein, ibu kota Irrawaddy. Satu spanduk raksasa bertulisan "Mother Democracy" menyambut kedatangan Suu Kyi.
"Saya terkenang saat terakhir saya ke sini, 20 tahun lalu. Saya menyaksikan dukungan yang sama," kata Suu Kyi kepada kerumunan massa pendukungnya.
Suu Kyi terakhir kali mengunjungi Irrawaddy saat tur kampanyenya pada 1989. Saat itu pasukan tentara di Kota Danuphyu mengarahkan senjata mereka ke arah Suu Kyi. Ini salah satu konfrontasi dramatis yang dialami Suu Kyi terhadap penguasa junta militer menjelang pemilihan umum 1990. Dalam pemilu ini, partai Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), menang besar, tapi junta tidak mengakuinya.
"Tolong, jangan lupa memilih NLD," kata Suu Kyi kepada massa yang berkumpul di lapangan olahraga di Kota Pathein.
Dalam pemilu parlemen, April mendatang, Suu Kyi mewakili Distrik Kawhmu, kawasan miskin di selatan Yangoon. Pemilu mendatang untuk mengisi 48 kursi yang lowong.
Untuk memperingati Hari Persatuan Myanmar ke-65, anggota NLD dari etnis Shan pada Ahad lalu menyatakan dukungannya terhadap Persetujuan Panglong yang dihasilkan dari Konferensi Panglong pada 1947. Panglong merupakan satu tempat yang berlokasi di Negara Bagian Shan.
Dokumen itu memuat kesepakatan untuk memberikan otonomi penuh guna menjalankan pemerintahan bagi etnis-etnis di kawasan pegunungan dan hak-hak demokrasinya dijamin sepenuhnya.
Dokumen ditandatangani oleh Liga Kemerdekaan Rakyat Anti Fasis yang dipimpin Aung San, ayah Suu Kyi dan pemimpin etnis Shan, Kachin, serta Chin. Para pemimpin ini setuju untuk bersatu berjuang untuk merdeka dari Inggris dan membentuk republik persatuan.
Namun Persetujuan Panglong belum sepenuhnya dilaksanakan, sehingga memunculkan konflik berkepanjangan di Myanmar.
AP | MIZZIMA | MARIA RITA