TEMPO.CO , Beijing - Kian banyak saja warga Cina yang tinggal di kota-kota ketimbang di pedesaan tahun lalu. Ini catatan untuk pertama kalinya, sebuah langkah besar juga menunjukkan berlimpahnya aliran buruh di negeri nomor 2 ekonomi terbesar di dunia tersebut.
Seperti dikatakan Biro Statistik Nasional Cina, Selasa 17 Januari, sebanyak 51 persen dari 1,35 miliar orang di Cina tinggal di kota-kota kecil dan besar pada akhir 2011 lalu.
Pabrik-pabrik di sepanjang delta Sungai Pearl melonjak dalam periode tiga dasawarsa terakhir seiring dengan ratusan juta warga menuju kota-kota mencari pekerjaan, membantu menjaga ongkos rendah. Tapi seorang pakar pembangunan di kawasan delta bilang para pekerja kini kencang menuntut kenaikan gaji dan kondisi yang lebih baik begitu properti pinggir kota dan ongkos hidup menanjak.
"Ini sinyal jelas kepada semua investor bahwa buruh murah Cina adalah bagian dari masa lalu dan tidak akan pernah kembali," kata Cheng Jiansan, seorang profesor di Guandong Academy of Social Sciences, sebuah kelompok pemikir di koridor ekspor Cina. "Sejauh yang saya ketahui, banyak pabrik di sini memilih pindah ke lokasi seperti Vietnam dan Kamboja, semata demi buruh murah."
Cina memang menjadi pabrik raksasa bagi dunia sejak liberalisasi ekonomi dimulai pada awal 1980-an. Negeri Tirai Bambu itu mengekspor barang-barang seperti sepatu, televisi, telepon genggam dengan harga miring buruh murah memikat para industri dari penjuru dunia membangun industri manufaktur terutama di zona-zona ekonomi khusus di sepanjang pantai selatan.
REUTERS | DWI ARJANTO