TEMPO.CO , Tel Aviv :- Presiden Israel Simon Peres membantah dugaan keterlibatan dalam pembunuhan Ilmuan Nuklir Iran dan Kepala Departemen Pengayaan Uranium, Mostafa Ahmadi Roshan, pada Rabu. Roshan bersama supirnya tewas dalam ledakan bom.
Seorang pengendara sepeda motor meletakkan bom di kolong mobil. “Saya tahu setiap ada kejadian yang salah di Iran itu dituduhkan ke Amerika Serikat dan Israel. Israel tak terlibat,” kata Peres.
Ulama terkemuka Iran menduga keterlibatan CIA dan Mossad, badan intelijen Israel, atas pembunuhan seorang ilmuwan nuklir Iran dalam siaran radio negara Iran. Roshan adalah ilmuwan nuklir ketiga Iran yang terbunuh oleh bom yang ditempatkan di bawah mobil dalam dua tahun terakhir. “Mereka yang bertanggung jawab tidak akan mengaku, tapi serangan itu telah dilakukan melalui perencanaan," ujar Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Munculnya berbagai tudingan ini setelah panasnya ketegangan Iran dan Amerika selama beberapa pekan lalu. Iran mengancam akan menutup Selat Hormuz, jalur pengiriman minyak di Teluk Persia, setelah khawatir penerapan sanksi baru atas nuklir. Iran juga menghukum mati mereka yang dituding menjadi mata-mata Amerika.
Terkait dengan nuklir, Iran mulai melunak berunding dengan badan PBB yang mengurusi nuklir, Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA). Dua orang diplomat mengatakan kepada The Associated Press, pejabat Iran menyatakan telah siap untuk berbicara tentang masalah selama ini diperdebatkan.
IAEA menuding Iran melakukan pengayaan nuklir bagian dari pengembangan senjata nuklir melalui dokumen setebal 13 halaman. Tim dari PBB akan mengunjungi Teheran akhir Januari.
Kepala delegasi Iran di IAEA, Ali Asghar Soltanieh, menolak memberikan penjelasan apa saja yang akan dibahas di Teheran. Menurutnya, terlalu dini berkomentar soal pembahasan itu kepada publik.
JERUSALEM POST, FOX NEWS, CNN, EKO ARI