TEMPO.CO KARAKAS:- Presiden Venezuela Hugo Chavez melakukan pembicaraan dengan koleganya, Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad, dalam lawatan pertama Ahmadinejad ke empat negara di Amerika Latin. Menurut kantor berita IRNA, pemimpin Iran itu tiba di Karakas kemarin bersama para menterinya. Setelah Venezuela, rombongan menuju Nikaragua hari ini, lalu Ekuador, dan terakhir Kuba.
Iran-Venezuela makin rapat. Mereka sudah meneken 270 kesepakatan, termasuk soal perdagangan, konstruksi, pabrik mobil dan traktor, inisiatif energi, serta perbankan. Tak pelak, lawatan Ahmadinejad mengail dukungan dari para pemimpin kawasan yang berhaluan kiri untuk dukungan terhadap sanksi-sanksi baru Barat guna mengisolasi negeri Islam itu dan targetnya, ekspor minyak.
Ahad lalu, Presiden Venezuela Hugo Chavez cuek atas peringatan Amerika Serikat. "Seorang juru bicara Washington dari Departemen Pertahanan dan Gedung putih mengungkapkan, Amerika tak nyaman dengan negara mana pun yang merapat ke Iran," ujar Chavez dalam pidato yang disiarkan di televisi.
"Mereka tidak bakal bisa mendominasi dunia. Lupakan itu, (Presiden Barack) Obama. Lebih baik berpikir soal masalah yang banyak di negaramu," katanya. "Kami bebas. Rakyat Amerika Latin tak pernah mau lagi didominasi oleh penjajah Yankee."
Tapi tak semua orang di Venezuela gembira dengan lawatan Ahmadinejad. Diego Arria, seorang politikus oposisi, menggambarkan lawatan itu sebagai sebuah "provokasi" ke Amerika Serikat dan memalukan Venezuela.
Ketegangan antara Iran dan Barat meningkat setelah Amerika Serikat dan Uni Eropa memperluas sanksi-sanksi buat Teheran dalam beberapa bulan ini soal sengketa nuklir Iran.
Dari Wina, para diplomat membenarkan laporan Iran telah mengoperasikan pengayakan uranium bawah tanah. Dua diplomat mengungkapkan kepada The Associated Pres bahwa sentrifugal di fasilitas Fordow bisa memperkaya uranium menjadi 20 persen.
Angka itu lebih tinggi dibanding 3,5 persen pada fasilitas pembangkit utama dan dapat dialihkan dengan cepat menjadi material hulu ledak. Disebutkan pula bahwa 348 mesin beroperasi di Fordow. Kedua diplomat menyatakan hal tersebut berdasarkan informasi dari inspeksi oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pekan lalu.
Adapun koran Kayhan adalah yagn pertama kali melaporkan beroperasinya pengayakan canggih di bunker Fordow itu. Ukurannya lebih kecil, tapi mesin sentrifugalnya lebih efisien serta terlindungi dari pesawat pengintai dan serangan udara sejauh 90 meter dari pegunungan batu.
Kepala Nuklir Iran, Fereidoun Abbasi, menuturkan pada Sabtu pekan lalu bahwa negaranya akan segera memulai pengayakan uranium di Fordow. Negara itu memperkaya uranium kurang dari 5 persen selama bertahun-tahun.
Tapi hampir mendekati 20 persen sejak Februari 2010. Disebutkan bahwa dibutuhkan material kelas tinggi guna memproduksi bahan bakar untuk reaktor Teheran yang dipakai untuk medikal radioisotop untuk pasien. Sedangkan uranium tingkat senjata biasanya diperkaya hingga 90 persen.
FOX NEWS | REUTERS | THE GUARDIAN | THE WASHINGTON POST | DWI ARJANTO