TEMPO.CO , ISLAMABAD: -- Setelah sekitar tiga tahun melarikan diri ke Dubai dan London, mantan diktator militer Pakistan, Pervez Musharraf, menyatakan segera kembali ke negaranya akhir Januari mendatang. Musharraf bermaksud kembali terjun ke dunia politik.
"Kepulangannya akan diumumkan lewat jaringan video dalam satu pawai di Karachi, Minggu (8 Januari 2012)," kata seorang sumber yang dekat dengan Musharraf kepada Daily Telegraph.
Musharraf memutuskan kembali mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilihan presiden mendatang. Ia lebih dulu mendirikan partai politik yang diberi nama Liga Muslim Seluruh Pakistan (All Pakistan Muslim League) di London pada Juni 2010.
"Pakistan saat ini menderita. Rakyat yang sekarang hidup harus melakukan sesuatu untuk Pakistan. Orang-orang muda hidup, kelas menengah hidup, mereka ini kaget dan cemas terhadap pemerintah Pakistan," ujar Musharraf saat peluncuran partai politiknya.
Musharraf tidak menjelaskan tentang risiko akan ditangkap atas keterlibatannya dalam pembunuhan mantan perdana menteri Benazir Bhutto pada Desember 2007. Jaksa Chaudhry Zulfikar Ali menegaskan, Musharraf akan ditangkap untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Rencana Musharraf kembali ke Pakistan dibayangi rumor kudeta militer. Sampai-sampai Presiden Asif Zardari, yang sedang dirawat di Dubai, didesak segera pulang. Zardari mengambil alih kekuasaan dari Musharraf dalam pemilihan presiden secara demokratis setelah Bhutto, istri Zardari, tewas.
Akhir-akhir ini pemerintahan Zardari menuai banyak kritik setelah terungkap memo rahasia dari Duta Besar Pakistan untuk Amerika Serikat, Husain Haqqani, pada Mei lalu. Memo itu berisikan permintaan bantuan Amerika untuk mencegah kudeta militer. Memo ini muncul setelah serangan pasukan tentara Amerika Serikat ke Pakistan yang menewaskan pemimpin Al-Qaidah, Usamah bin Ladin.
Kepala Tentara Pakistan, Ashfaq Kayani, membantah kabar soal kudeta militer. Ia menegaskan, tentara akan terus mendukung proses demokrasi. Begitupun, militer diketahui tidak mempercayai Presiden Zardari dan pemimpin Pakistan Muslim League-N, Nawaz Sharif--perdana menteri yang digulingkan oleh Musharraf. Militer juga tidak bulat mendukung Musharraf.
Perdana Menteri Yusuf Gilani menyatakan sejumlah jenderal bertingkah laku seperti Pakistan dalam situasi "negara dalam negara".
Menurut pengamat politik Ahmed Rashid, Pakistan menghadapi multi-krisis, khususnya ekonomi. Namun ia ragu Musharraf akan berani pulang. "Saya pikir dia tidak punya cukup pendukung dan dia ada kemungkinan akan ditangkap," ujarnya.
| TELEGRAPH | VOA | HINDUSTAN TIMES | MARIA RITA