TEMPO.CO:-- Gudang mesiu milik pemerintah Myanmar dinihari meledak dan menewaskan sedikitnya 17 orang dan melukai sekitar 100 orang. Polisi belum dapat memastikan penyebab ledakan yang meluluhlantakkan kawasan gudang di Kota Mingalar Taung Nyunt di timur Rangoon, ibu kota Myanmar, itu. Kota ini merupakan pusat bisnis.
"Api pertama terjadi di gudang tempat penyimpanan mesiu. Lalu menyebabkan ledakan dan api menjalar. Tapi saya tidak berpikir kejadian ini terkait dengan sabotase," kata seorang petugas yang menolak menyebutkan identitasnya.
Korban tewas, ujar seorang polisi, terdiri atas 12 pria dan 5 perempuan. Tiga petugas kebakaran termasuk dalam jumlah korban yang tewas. Diperkirakan masih ada lagi korban jiwa, tapi petugas masih menyusuri lokasi ledakan yang luluh lantak.
Ledakan yang terjadi beberapa kali juga merusak dan merobohkan sedikitnya 100 bangunan, termasuk sejumlah rumah penduduk dan bangunan komersial. Bahkan di pusat lokasi ledakan terbentuk kawah berukuran 6 x 4,5 meter.
Ko Tin Than, 33 tahun, pengemudi taksi yang melintas di dekat gudang penyimpanan mesiu saat ledakan terjadi, menuturkan, kawasan tersebut dipenuhi debu. "Seperti letusan gunung yang Anda lihat di film-film. Dua atau tiga orang yang berada sekitar 100 kaki dari lokasi gudang tewas akibat terjangan puing-puing," ujarnya.
Seorang pensiunan pegawai pemerintah menjelaskan, gudang tersebut milik pemerintah dan beberapa di antaranya disewakan ke perusahan Myanmar Economic Holding Limited yang dipayungi Kementerian Pertahanan. "Saya pikir bubuk mesiu itu untuk tujuan pertambangan, bukan untuk pembuatan senjata," katanya.
Than Soe, penduduk di kawasan Yuzana Mingalar Housing, yang jaraknya sekitar satu mil dari lokasi ledakan, mengaku kaget karena bangunan rumah terasa berguncang dan foto yang tergantung di dinding terjatuh. "Seperti suara berisik keras yang awalnya kami pikir seperti benda angkasa luar jatuh ke bumi," ujarnya.
Seorang saksi menjelaskan, batu-batu dan puing-puing bangunan berhamburan hingga radius 400-500 yard. "Saya melihat banyak orang berhamburan lari dengan berlumuran darah," ujar saksi lainnya.
REUTERS | IRRAWADDY | MIZZIMA | MARIA RITA