TEMPO.CO , Manila - Pemerintah Filipina mengingatkan soal ancaman bahaya penyakit di kawasan yang terkena badai, tanah longsor, dan pusat-pusat penampungan pengungsi.
Bencana yang menelan sekitar 1.000 nyawa lebih itu kini menjadi momok bagi pemerintah, terutama masalah kesehatan.
Dewan Koordinator Bencana Nasional (NDCC) Filipina, Rabu, 21 Desember 2011, menegaskan hingga saat ini korban tewas mencapai 1.022 orang dan lusinan lainnya hilang akibat badai tropis Washi menghantam Kepulauan Mindanau, Sabtu, 17 Desember 2011 dini hari waktu setempat.
Sementara sekitar 44 ribu warga lainnya kehilangan tempat tinggal. Mereka sekarang berada di tempat-tempat penampungan pengungsi dengan keterbatasan jumlah makanan, air minum, serta toilet.
Pejabat senior kesehatan Filipina, Rabu, memperkirakan jumlah korban tewas bakal terus bertambah. Untuk itu dia mengharapkan kepada seluruh petugas kesehatan segera melakukan antisipasi timbulnya berbagai penyakit, terutama di tempat-tempat penampungan.
"Kami meminta dengan sangat kepada para petugas agar memperhatikan masalah kesehatan di pusat-pusat penampungan pengungsi," ujar Eric Tayag, Asisten Menteri Kesehatan Negara, dalam sebuah wawancara dengan ABS-CBN Television.
"Jika ada epidemik atau ancaman kesehatan terhadap pengungsi harus segera dievakuasi," ujar dia.
Beberapa hari terakhir ini otoritas lokal di kota pelabuhan yang paling berat dihantam badai, Kota Cagayan de Oro dan Iligan, berjuang keras membersihkan ratusan mayat bergelimpangan yang mulai membusuk. Seluruh mayat dikubur massal, Rabu, 21 Desember 2011.
Richard Gordon, Ketua Palang Merah Filipina, mengatakan dia belum pernah menyaksikan kerusakan parah seperti yang terjadi saat ini. Untuk itu organisasi yang dipimpinnya membutuhkan dana sebesar US$ 2,8 juta (Rp 25 miliar) guna membantu para korban.
"Saya telah mengalami dan menyaksikan berbagai bencana. Tapi bencana kali ini paling buruk karena banyak korban. Selain kehilangan tempat tinggal juga kerabat," ujar Gordon.
AL JAZEERA | CHOIRUL