TEMPO.CO, Gaza - Hamas menyatakan akan mengubah taktiknya dalam menghadapi Israel. Hamas, yang dalam lima tahun terakhir menguasai Gaza, akan meninggalkan taktik kekerasan sebagai bagian dari upaya memulihkan hubungan dengan Otoritas Palestina.
Juru bicara Perdana Menteri Hamas Ismail Haniya mengatakan partainya mengubah fokus dari perjuangan bersenjata menjadi perlawanan tanpa kekerasan. “Kekerasan bukan lagi opsi utama. Tapi kalau Israel menekan kami, kami punya hak cadangan untuk mempertahankan diri dengan kekuatan,” kata Taher al-Nounu. Dengan pemahaman ini, kata dia, seluruh faksi Palestina yang beroperasi di Jalur Gaza setuju berhenti menembakkan roket dan mortir ke wilayah Israel.
Pengumuman yang disampaikan pada Ahad, 18 Desember 2011, itu menandai suatu langkah menghindari kekerasan oleh pemimpin Hamas terhadap Islamisme yang lebih progresif, yang didukung oleh kelompok-kelompok seperti Persaudaraan Muslim di Kairo, Mesir.
Pendekatan itu disimpulkan dalam pembicaraan terakhir dengan pemimpin Hamas Khaled Mashaal dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Kairo. Delegasi senior yang mewakili kedua faksi itu bertemu lagi di Ibu Kota Mesir itu pada Ahad lalu untuk maju dengan upaya membentuk pemerintahan rekonsiliasi Palestina.
“Negara-negara Eropa secara khusus melihat bahwa Persaudaraan Muslim adalah gerakan Islam jenis khusus yang tidak radikal. Itu mungkin bisa sama dengan Hamas,” kata Nounu.
GUARDIAN | SAPTO YUNUS
Baca Juga: