TEMPO.CO , - Warga Korea Utara yang berada di Amerika Serikat masih enggan kembali setelah mendengar kematian pemimpin Korea Kim Jong Il. Mereka masih menunggu apa yang akan terjadi dengan pemerintahan selanjutnya.
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Il, 69 tahun, meninggal dunia pada Senin, 19 Desember 2011. Kim mangkat setelah bertahan dari penyakit stroke yang dideritanya sejak 3 tahun lalu. Selain stroke, Jong Il juga menderita diabetes dan jantung. Semasa hidupnya Jong Il dikenal sebagai perokok berat, penggemar cerutu, minuman keras, dan makanan manis. Kegemarannya inilah yang membuatnya sakit. Wafatnya Kim Jong Il disiarkan melalui televisi pemerintah dari Pyongyang, ibu kota Korea Utara.
Yoon-hui Kim, 30 tahun, yang sepuluh tahun silam melarikan diri dari Korea Utara ke Cina, mengatakan para pembelot di Los Angeles, negeri Abang Sam, masih memiliki keluarga di Korea Utara. "Mereka prihatin dengan nasib keluarganya di masa depan," ujar perempuan pembelot ini. Tapi, mereka terlalu takut untuk kembali.
Kematian Kim Jong Il buat para pembelot tidak terlalu mengejutkan. Sebab mereka telah mengetahui rezim ini memang sakit. Keputusan para pembelot menahan diri pulang ke tanah air dianggap masuk akal. Sebab situasi di tanah kelahirannya masih bisa berubah dan tak pasti. Negara tetangga yaitu Cina dan Korea Selatan, menurut Kim, pasti akan berusaha mempengaruhi negara Korea Utara. "Kami akan menunggu dan melihat situasi," ujar Kim.
September tahun lalu Kim Jong Il telah menunjuk suksesornya, Kim Jong Eun, putra ketiganya dari istri kedua. Pemimpin bertangan dingin ini pernah dikabarkan menderita stroke pada 2008. Namun tidak ada satu foto pun yang menggambarkan kondisinya. Dalam beberapa bulan terakhir foto-foto yang muncul adalah saat Kim Jong Il melakukan perjalanan ke Cina dan Korea.
NIEKE INDRIETTA (NEW YORK TIMES)