TEMPO.CO, Teheran - Seorang yang dituduh sebagai anggota agen intelijen Amerika Serikat (CIA) mengakui perbuatannya di televisi Iran, Minggu, 18 Desember 2011. Dalam wawancara sebelum pengambilan gambar di stasiun televisi IRIB, Amir Mirza Hekmati mengaku mendapat pelatihan dari CIA dan bertugas di basis militer di Irak dan Afganistan. Dia dikirim ke Iran untuk menyebarkan informasi yang keliru kepada intelijen Iran.
Hekmati, yang tampil kalem dan tidak mendapat tekanan untuk direkam, ditahan pada Sabtu lalu. “Mereka (agen Amerika) bilang pada saya, 'Jika kamu sukses dalam misi ini, kami dapat melatihmu lebih jauh, kami dapat memberimu misi lainnya. Misi ini mengharuskan kamu pergi ke Iran',” ujarnya dalam video itu.
Dia mengaku berada di pusat intelijen di Bagram (markas besar Amerika di Afganistan). “Saya pergi ke Dubai dan kemudian terbang ke Teheran,” ujar Hekmati, tanpa menyebutkan tanggal keberangkatannya. “Mereka bilang pada saya, 'Kamu akan menjadi sumber informasi militer dan intelijen untuk Iran selama tiga minggu dan kami akan memberimu uang untuk tugas ini, lalu kamu akan kembali.'”
Baca Juga:
Hekmati, yang mengaku lahir di Arizona, Amerika, mengatakan dia direkrut oleh tentara Amerika pada 2001. Dia juga mengklaim sudah bekerja untuk Badan Proyek-proyek Riset Kemajuan Pertahanan, sebuah badan intelijen cyber militer pada tahun 2005 dan 2007, dan mengaku juga menerima penugasan dari sistem BAE Inggris.
Pemerintah Iran menyatakan Hekmati masuk sebuah universitas khusus untuk belajar bahasa-bahasa Timur Tengah. “Ketika mereka menyadari bahwa saya mengerti sedikit bahasa Persia dan Arab, mereka bilang kami ingin mengirimmu ke universitas untuk belajar bahasa Arab,” ujarnya.
Ketegangan antara Amerika dan Iran meningkat dalam beberapa bulan terakhir menyusul penangkapan pesawat mata-mata Amerika. Iran menolak mengabulkan permintaan Presiden Barack Obama agar Iran mengembalikan pesawat itu.
Baca Juga:
THE TELEGRAPH | SAPTO YUNUS