TEMPO Interaktif, Islamabad - Polisi Pakistan mengamankan 53 murid madrasah yang dirantai dan disiksa di bawah tanah di sebuah pesantren di Karachi, Senin malam, 12 Desember 2011. Selain dirantai, mereka juga mengalami siksaan dan dikurung di bawah tanah oleh kelompok Taliban untuk dijadikan pejuang jihad di Afganistan.
Sudah lama pemerintah Pakistan mencurigai Madrasah Zakaria menjadi sarang pengkaderan prajurit Taliban. Madrasah ini juga bertugas mencuci otak siswa agar mau diajak bergabung dalam kelompok ekstremis yang biasa ikut dalam operasi Taliban, bahkan di daerah suku tradisional di Barat Laut di Pakistan.
"Kami akan dijadikan seorang mujahiddin di sini. Kami akan menjadi seorang mujahid dan seorang Taliban. Mereka bilang pada kami, kalau kami harus mengikuti pelatihan dan mereka akan mengirim kami untuk berperang," ujar salah seorang murid Pakistan Geo TV.
Menurut polisi Pakistan, saat penggerebekan di Madrasah Zakaria dilakukan, para murid yang kebanyakan berumur 7-12 tahun ini sedang mengalami pemukulan. Menurut salah satu pengakuan murid, kadang-kadang mereka tidak diberi makan. Luka di sekitar tangan mereka membekas akibat ketatnya rantai besi.
Polisi berhasil menahan beberapa pengajar yang diduga terlibat dalam penyiksaan itu. Namun Kepala Madrasah Zakaria bersama 4 stafnya yang baru saja pulang dari kunjungan luar negeri berhasil kabur dan melewati perbatasan Afganistan, Khyber Pakhtoon Khwa.
Penggerebekan ini memaksa Menteri Dalam Negeri Pakistan, Rehman Malik, menyelidiki Madrasah Zakaria. Bagaimana pun, madrasah ini satu dari beberapa sekolah Pakistan yang mau menerima anak-anak miskin untuk mendapat pendidikan dan dilatih sebagai pejuang. Selain itu madrasah ini juga biasa digunakan untuk mengobati remaja yang mengalami kecanduan obat
CHETA NILAWATY-TIMES OF INDIA