TEMPO Interaktif, Beirut - Jumlah korban tewas dalam tragedi krisis politik di Suriah sudah menembus 5.000 orang. Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia PBB, Navi Pillay, mengatakan jumlah tersebut termasuk 300-an anak-anak. Dia mengatakan ribuan orang juga masih ditahan oleh rezim Presiden Bashar Assad.
Berbicara di depan anggota Dewan Keamanan PBB pada Senin, 12 Desember 2011, Pillay merekomendasikan agar Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) menyelidiki kemungkinan terjadinya kejahatan kemanusiaan di negeri tersebut.
Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Susan Rice, mengatakan penjelasan Pillay itu menegaskan pentingnya kondisi itu untuk diperhatikan. Dia mendesak Dewan Keamanan PBB mengambil langkah konkret untuk mengakhiri kekerasan di Suriah.
Suasana di Suriah kini semakin mencekam. Para orang tua menarik anaknya dari sekolah sebagai bagian dari pemogokan besar-besaran untuk menekan Assad agar mengakhiri pertumpahan darah. Namun, Assad tak menunjukkan tanda-tanda menggubris peringatan itu. Bahkan, dia pun tak mengindahkan sanksi ekonomi dari Liga Arab, Turki, dan Uni Eropa.
Kini para pengusaha mulai menutup tempat usahanya. Hal itu dilakukan untuk mengikis basis dukungan terhadap Assad, yakni kelas saudagar baru yang mendapat keuntungan dari kebijakan Assad dalam membuka perekonomiannya.
Sulit mengukur kekuatan pemogokan itu karena pemerintah Suriah melarang wartawan asing memasuki negeri itu. Pemerintah juga mencegah wartawan lokal bepergian dengan bebas. Namun, ada tanda-tanda makin membesarnya aksi protes di pusat gerakan antipemerintah di Provinsi Daraa di pinggiran selatan ibu kota Suriah, Damaskus, di Idlib, dan Kota Homs.
Kelompok oposisi menginginkan pemogokan tetap berlangsung sampai rezim Assad menarik tentaranya dari kota-kota dan melepaskan ribuan tahanan. “Hanya toko roti, obat-obatan, dan sayuran yang buka,” kata warga Kota Homs yang tak mau diungkap jati dirinya. Dia mengatakan toko-toko itu tetap buka karena menjual barang kebutuhan pokok masyarakat.
Karena terjadi pemogokan, kata dia, keamanan di kota Homs diperketat pada Senin lalu. Agen-agen pemerintah disebar ke tiap perempatan. Tembak-menembak terjadi secara sporadis. “Terjadi penyebaran pasukan keamanan yang mengerikan di Homs.”
Para aktivis mengatakan putaran baru perselisihan antara pasukan keamanan Suriah dan para tentara pembelot dimulai pada Ahad lalu. Pertempuran besar terjadi di wilayah selatan dan menyebar ke wilayah-wilayah baru dan meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya perang saudara.
AP | SAPTO YUNUS