TEMPO Interaktif,:-- Kebebasan pers merupakan barang langka di Myanmar. Namun, akhir pekan lalu, pemerintah Myanmar mulai melonggarkan cengkeramannya terhadap media massa.
Seperti dilansir mingguan Myanmar Times edisi pekan lalu, sebanyak 54 hasil penerbitan, yakni jurnal olahraga, majalah hiburan, serta buku dongeng anak-anak, tak lagi disensor Kementerian Informasi.
Menteri Informasi Myanmar U Kyaw Hsan juga berjanji, pada masa mendatang, isi berita media massa pun tak akan kena sensor. “Kebebasan berpendapat adalah praktek umum di negara demokrasi, begitu juga negara kita,” ujarnya di sela Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN di Bali, akhir bulan lalu. Tetapi ia mendesak wartawan untuk meletakkan kebebasan pers di bawah kepentingan nasional.
Hsan, kemarin, kepada kantor berita pemerintah New Light of Myanmar, juga menjanjikan pelonggaran sensor terhadap film dan video. Adapun Kepala Departemen Pendaftaran dan Pengawasan Pers Tint Swe menyebutkan akan ada kelonggaran terhadap berita, terutama yang memuat masalah pendidikan dan agama. Tapi belum ada kepastian kapan kebijakan ini akan dimulai.
Meski gembira atas perkembangan terbaru ini, para jurnalis di Myanmar tetap menuntut kebebasan pers yang lebih besar. Ko Kyaw Min Swe, Chief Editor The Voice, menegaskan kebebasan pers di Myanmar menjadi pertaruhan saat negeri itu menjadi Ketua ASEAN pada 2014. “Memang dewan sensor sudah mulai melunak, tapi kami mengharapkan kebebasan pers sesegera mungkin,” ucap Min Swe.
MYANMAR TIMES | IRRAWADY | NEW LIGHT OF MYANMAR | SITA PLANASARI A