TEMPO Interaktif - Courtney Lofgren, mahasiswi tingkat akhir di Universitas Virginia Tech, Amerika Serikat, tengah sibuk belajar menghadapi ujian akhir semester kedua. Tiba-tiba, akun jejaring sosial Twitter-nya ramai mengabarkan penembakan di kampus. Tak lama kemudian, peringatan pun membahana ke seluruh kawasan kampus di wilayah Blacksburg, Negara Bagian Virginia, itu.
Kamis lalu, Deriek W. Crouse, 39 tahun, polisi kampus, yang tengah berpatroli, ditembak pria tak dikenal. Sang pelaku kemudian menembak dirinya sendiri saat dikepung aparat penegak hukum beberapa jam kemudian. Belum diketahui identitas pelaku ataupun motif penembakan tersebut. "Kami sedih ini kembali terjadi," ucap Lofgren pilu.
Mimpi buruk lima tahun lalu itu berulang di kampus Virginia Tech. Saat itu, 32 mahasiswa tewas dibantai Seung-Hui Cho, mahasiswa yang mengalami gangguan kejiwaan. "Saat itu pengelola kampus menuai kecaman dari orang tua siswa karena terlambat mengatasi situasi. Hari ini, tragedi kembali menghantam Virginia Tech," kata rektor Charles W. Steger.
Namun kini Virginia Tech belajar dari pengalaman. Hanya dalam hitungan menit, seluruh bangunan kampus terkunci. Para mahasiswa dan pengajar terjebak berjam-jam sebelum pihak berwajib memutuskan kondisi telah aman.
Toh, tak ada yang marah meski sempat terjebak. "Cara staf kampus menangani masalah ini sangat menenangkan," kata Matt Banfield, salah seorang mahasiswa tingkat akhir. Pujian pun datang dari Gubernur Virginia Robert F. McDonnell. "Sistem deteksi dini berhasil melindungi semua mahasiswa dan membantu aparat hukum bekerja dengan cepat," ujar politikus Partai Republik ini.
USA TODAY | WASHINGTON POST | NEW YORK TIMES | THE GUARDIAN | SITA PLANASARI A.