TEMPO Interaktif, Moskow -- Amerika Serikat, Kamis, 8 Desember 2011, menyatakan menolak tuduhan Perdana Menteri Rusia Vladimr Putin sebagai provokator kerusuhan pascapemilihan umum. "Washington tak terlibat dalam kerusuhan, hanya membantu memperkuat demokrasi di sana."
Putin, yang secara mengejutkan memenangkan kursi pemilihan umum, menuduh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton memberikan bantuan kepada sejumlah LSM Rusia agar mempertanyakan keabsahan hasil pemilu.
"Tuduhan itu sama sekali jauh dari kebenaran," bantah juru bicara Kementerian Luar Negeri, Mark Toner, kepada wartawan. Ia juga menyampaikan pesan Clinton dari Brussel, Kamis dini hari waktu setempat, bahwa Amerika Serikat mendukung hak-hak rakyat Rusia.
"Amerika Serikat mendukung proses pemilihan umum yang transparan, bebas, dan jujur. Sikap kami adalah memberikan dukungan terhadap hak-hak rakyat dan demokratisasi di seluruh dunia," ucap Toner.
Sebelumya, Perdana Menteri Vladimir Putin menuduh Amerika Serikat berada di belakang unjuk rasa atas hasil pemilihan anggota parlemen Rusia dan memberikan dana jutaan dolar untuk mempengaruhi jalannya pemungutan suara.
Baca Juga:
Putin katakan, "Tak satupun yang ingin menyaksikan terjadinya chaos di negara ini seperti yang terjadi di Ukraina dan Kirgistan."
Dalam penampilan pertama di depan publik sejak pecah unjuk rasa menentang hasil pemilihan umum, Putin mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri Amerika Serikat "memberikan sinyal" untuk menentang Kremlin. "Beliau memberikan dukungan kepada kelompok-kelompok penentang, memberikan sinyal. Sebaliknya mereka menerima sinya itu untuk melakukan gerakan."
Dia tambahkan, para pengunjuk rasa yang turun ke jalan hampir saban hari itu sengaja ingin melakukan kekacauan. Padahal, hampir seluruh rakyat Rusia tidak ingin terjadi kekacauan politik. "Kami ini sudah dewasa dan mengerti banyak hal. Semua yang tejadi itu ada skenarionya dan memiliki kepentingan politik."
AL ARABIYA NEWS | CHOIRUL