TEMPO Interaktif, Kairo - Pipa gas Mesir untuk menyuplai kebutuhan Yordania dan Israel, Senin, 28 November 2011, meledak. Menurut sejumlah saksi mata dan petugas keamanan, ledakan itu terjadi beberapa jam sebelum pemilihan umum pertama digelar sejak Presiden Husni Mubarak tumbang, Februari lalu. "Ada yang melakukan sabotase."
Beberapa saksi mata mengatakan, pipa gas yang meledak terletak di jalur barat al-Arish, Sinai. Saksi mata lainnya menyebutkan, ledakan terjadi dua kali, masing-masing berjarak 100 meter.
Sedangkan kantor berita pemerintah MENA melaporkan, peristiwa ledakan terjadi di kawasan al-Sabeel. Untuk mengatasi kobaran api yang membumbung, pemerintah mengerahkan pasukan keamanan dan sejumlah kendaraan pemadam kebakaran.
Sejumlah petugas keamanan mengatakan, sumber ledakan berasal dari dua kendaraan yang sengaja diledakkan sehingga menghantam pipa gas yang menghubungkan ke Yordania dan Israel. Hingga saat ini, jelas mereka, belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan tersebut.
Serangan terhadap pipa gas yang menghubungkan ke Yordania dan Israel berlangsung delapan kali sejak Presiden Husni Mubarak tumbang, 11 Februari 2011 lalu. Namun serangan terakhir sangat mengagetkan karena dilakukan menjelang pemilihan umum.
Mesir dan Israel telah menandatangani kontrak kerja sama suplai gas sejak 20 tahun silam di masa kepemimpinan Presiden Mubarak. Namun kerja sama ini mendapatkan kritik dari dalam negeri karena Negeri Yahudi itu tak pernah membayar hasil penjualan gas.
Salah seorang eksekutif East Mediterranean Gas Co (EMG) yang mengekspor gas dari Mesir ke Israel mengatakan, beberapa pemegang saham internasional menuntut ganti rugi ke perusahaan terbesar di Mesir ini sebesar US$ 8 miliar (Rp 73 triliun) akibat ledakan pipa gas yang terjadi Juli lalu.
Sejak bulan lalu, Mesir menaikkan dua kali lipat harga gas ke Yordania. Menteri Perminyakan Mesir Abdullah Ghorab mengatakan, harga terbaru adalah US$ 5 per juta BTU, naik dari sebelumnya US$ 2,15-2.30.
Untuk mengamankan pipa gas dari sabotase, pemerintah Mesir telah meningkatkan pengamanan di sepanjang pipa gas yang dengan cara melakukan patroli di sepanjang kawasan milik suku Bedouin.
REUTERS | CA