TEMPO Interaktif, London - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan gelombang revolusi di kawasan Timur Tengah yang dikenal dengan Arab Spring telah menjadi gerakan anti-demokrasi dan anti-liberal. Menurut dia, gerakan itu mengancam keamanan Israel dan Barat.
Dia mengatakan para pemimpin Barat yang mendukung gerakan melawan rezim otoritarian di Mesir dan Tunisia adalah naif. “Pada Februari lalu, ketika jutaan rakyat Mesir turun ke jalan di Kairo, para komentator dan sedikit anggota oposisi Israel mengatakan kita sedang menghadapi sebuah era baru dari liberalisme dan kemajuan,” kata Netanyahu seperti dikutip The Telegraph, Kamis, 24 November 2011.
Netanyahu menambahkan, gerakan menggulingkan kekuasaan di Mesir dan Tunisia telah berubah menjadi gelombang anti-Barat, anti-liberal, anti-Israel, dan anti-demokrasi.
Menurut dia, kelompok Islam radikal mengambil keuntungan dari situasi ini. Dan hasil akhirnya, kata dia, tidak mungkin sebuah era baru demokrasi di Timur Tengah.
“Israel sedang menghadapi sebuah periode ketidakstabilan dan ketidakpastian di kawasan. Ini tentu bukan saat untuk mendengarkan mereka yang mengatakan ikuti kata hatimu,” ujarnya.
Netanyahu menegaskan perjanjian damai antara Israel dan Palestina adalah landasan keamanan di Timur Tengah. Dengan adanya ketidakpastian baru, berarti dia tidak akan terburu-buru menawarkan konsesi kepada Palestina.
“Saya tidak akan menetapkan kebijakan Israel di atas ilusi. Kami berkukuh pada dasar-dasar stabilitas dan keamanan,” kata dia.
SAPTO YUNUS | THE TELEGRAPH