TEMPO Interaktif, KAIRO - Bujukan pemerintah militer transisi Mesir untuk mencegah meluasnya aksi demonstrasi tidak digubris oleh demonstran yang berkumpul di Lapangan Tahrir, Rabu 23 November 2011. “Pergi, pergi!” teriak ratusan demonstran. Mereka menuntut Ketua Dewan Militer Mohamed Hussein Tantawi mundur dari jabatannya.
Para demonstran terus menagih janji militer Mesir yang berniat kembali ke barak dalam tempo enam bulan sejak Husni Mubarak mundur dari kursi presiden pada 11 Februari 2011. Para demonstran takut revolusi yang telah diraih malah tidak membuahkan hasil.
Hingga memasuki hari kelima aksi demo, sedikitnya 37 orang tewas dan 2.000 orang terluka. Sedangkan menurut Kementerian Kesehatan Mesir, 32 orang tewas dan ribuan terluka. Populasi penduduk Mesir mencapai 80 juta jiwa.
Tantawi kepada para demonstran menjanjikan pemilihan umum parlemen akan digelar pada 28 November mendatang. Sedangkan pemilihan presiden dilaksanakan pada Juni atau Juli 2012, atau enam bulan lebih awal dari jadwal pemerintah.
Adapun tuntutan referendum, kata Tantawi, akan disetujui sebelum pemilihan presiden digelar. Ini berarti militer kembali ke barak antara akhir 2012 atau awal 2013.
Menurut Tantawi, pasukannya tidak berminat memerintah. Mereka mengaku tengah mempersiapkan secepatnya penyerahan kekuasaan kepada sipil dan kembali ke tugas mereka melindungi tanah air. Ia juga menerima keputusan pengunduran diri Perdana Menteri Essam Sharaf
Tak percaya pada janji, para demonstran menegaskan tetap menuntut pemerintahan militer Mesir bubar. “Kami akan tetap di sini hingga jenderal lapangan itu (Tantawi) pergi, dan dewan transisional diambil alih oleh masyarakat,” kata Abdullah Galal, 28 tahun, manajer penjualan komputer yang bertahan di Lapangan Tahrir.
Atas kekerasan yang terjadi dalam lima hari demo itu, Human Rights Watch, lembaga pegiat hak asasi manusia, telah mendesak militer segera memerintahkan polisi untuk menghentikan penggunaan cara-cara kekerasan dalam menghalau demonstran.
REUTERS | BBC | MARIA RITA