TEMPO Interaktif, Halifax - Ketegangan politik dan keamanan di Timur Tengah membuat Amerika Serikat gundah.
Kegelisahan Amerika Serikat itu dipicu oleh pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang mengancam akan menyerang Iran dalam waktu dekat.
Alasan rencana penyerangan itu, jelas pemimpin Negeri Zionis, karena Iran tetap bandel mempertahankan proyek nuklirnya untuk kepentingan militer. Meski demikian, tuduhan tersebut berkali-kali dibantah Iran.
Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Leon Panetta, memperingatkan sekutu terdekat di Timur Tengah bila rencana tersebut benar-benar terwujud, maka hal itu akan menjadi sebuah malapetaka di kawasan Timur Tengah. "Bahkan, serangan itu akan membahayakan ekonomi dunia. Amerika Serikat lebih fokus pada tekanan politik dan sanksi," ujar Panetta.
"Ada konsekuensi ekonomi yang sangat besar bila dilakukan penyerangan kepada Iran. Dampaknya bukan hanya pada ekonomi kami, melainkan juga ekonomi dunia," papar Panetta kepada wartawan yang menyertainya ke Kanada, Kamis, 17 November 2011 waktu setempat.
Kunjungan Panetta ke Kanada dalam rangka menghadiri forum keamanan sekaligus akan melakukan pembicaraan bilateral bersama Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak, Jumat, 18 November 2011. "Serangan itu membahayakan keamanan dan ekonomi dunia," tambahnya.
"Namun demikian, Amerika Serikat merasa memiliki kekuatan membujuk sekutu kami untuk bekerja sama dengan komunitas internasioal agar lebih mengedepankan upaya diplomatik dan mengisolasi Iran dari dunia internasional."
Aksi militer terhadap Iran, paparnya lagi, membawa dampak yang luar biasa. Di antaranya akan membahayakan keberadaan 10 ribu pasukan Amerika Serikat di sana. Berikutnya, Iran merupakan salah satu produsen minyak terbesar di dunia sehingga jika ada serangan militer ke negeri tersebut dampaknya tak hanya soal keamanan, melainkan pada ekonomi kami dan dunia.
REUTERS | WSJ | CA