TEMPO Interaktif, Misrata - Walau disebutkan memiliki kekayaan miliaran dolar, mendiang pemimpin Libya, Muammar Qadhafi, menghadapi situasi sulit menjelang akhir hidupnya.
Saat pemberontak mulai memasuki Kota Sirte, Qadhafi berpindah dari satu rumah ke rumah lain yang sudah ditinggalkan pemiliknya. Informasi ini diungkapkan oleh mantan kepala keamanan Qadhafi, Mansyur Dao, dalam wawancara khusus dengan stasiun televisi berita CNN, seperti dikutip The Daily Mail.
Dao menceritakan, lelaki 69 tahun itu hidup tanpa listrik dan televisi. Qadhafi lebih banyak menghabiskan waktu dengan membaca buku yang ia bawa dalam koper-kopernya. Ia juga berperilaku aneh ketika posisinya kian terdesak. “Ia stres. Ia sering sedih dan marah.”
Menurut Dao, saking takutnya, Qadhafi berencana pindah ke Jaref, kampung kelahirannya. Desa ini berjarak sekitar 20 kilometer sebelah barat Sirte. “Ia ingin pergi ke desanya. Mungkin ia mau mati di sana atau menghabiskan masa-masa terakhirnya di tempat itu,” kata Dao yang kini ditahan di Misrata.
Dao ditangkap bersama Qadhafi dan Al-Mu’tasim Billah (putra Qadhafi). Namun dua orang itu akhirnya dibunuh. Jenazah Qadhafi dan putranya telah dimakamkan di tengah gurun tanpa nisan.
Selama di Sirte, Qadhafi dan para pendukung setianya berpindah dari satu rumah ke rumah lain setiap hari untuk menghindari serangan jet-jet tempur NATO. Mulanya, ada 350 loyalis yang ikut bertempur, namun berkurang hingga 150. Qadhafi, Al-Mu’tasim, dan Dao sempat berupaya kabur dari Sirte dengan sebuah Land Cruiser. Namun ketahuan dan dibombardir oleh NATO.
DAILY MAIL | FAISAL ASSEGAF