TEMPO Interaktif, TRIPOLI -- Dewan Transisi Nasional (NTC) kemarin telah memilih Dr Abdel Rahim al-Kib menjadi Kepala Pemerintahan Eksekutif NTC, yang memerintah Libya. Kib, lulusan universitas di Tripoli, Southern California dan North Carolina State, terpilih menjadi perdana menteri setelah memperoleh 26 suara dukungan dari 51 anggota NTC.
“Pemilihan ini membuktikan bahwa rakyat Libya bisa membangun masa depan mereka,” kata Pemimpin NTC, Mustafa Abdel Jalil. Kib, 60 tahun, berhasil menyisihkan Abdel Hafez Ghoga, Wakil Pemimpin NTC; Ali Tarhuni, pejabat Menteri Perminyakan; Idriss Abu Fayed, bekas penentang Qadhafi yang pernah dipenjara; serta Ali Zidan, seorang wakil NTC di Eropa.
“Kami menjamin akan membangun sebuah bangsa yang menghormati hak asasi dan tidak akan menerima pelanggaran atas hak asasi manusia,” ujar Kib dalam sebuah jumpa pers tak lama setelah terpilih, seperti dilansir AP. “Tapi kami perlu waktu.” Ia juga berjanji akan segera memulihkan stabilitas.
“Kami sangat menyadari bahwa saudara-saudara kami, para revolusioner, pejuang, memiliki pendapat sama seperti kami,” kata guru besar ilmu teknik kelistrikan alumnus University of Southern California dan North Carolina State University tersebut. Selama ini ia mengajar di pelbagai universitas di Libya, Amerika Serikat, dan Institut Perminyakan Uni Emirat Arab.
Menurut Mohammed al-Harizi, anggota NTC dari Tripoli, Kib berbeda dengan pendahulunya, pejabat Perdana Menteri Mahmud Jibril, yang mundur. “Tak seperti Jibril, yang datang bak tamu ke Libya, beliau cukup lama berada di Libya,” ucap Harizi. “Dia tahu apa yang dibutuhkan rakyat kebanyakan.”
Berbeda dengan Jibril, yang pernah mengabdi pada rezim mendiang Kolonel Muammar Qadhafi, Kib lebih banyak berkiprah sebagai profesional di mancanegara. Karena itu, seperti Harizi, banyak yang menganggap Kib mewakili kepentingan Islam dan Barat. Terlebih saat ini ada lebih dari 300 milisi bersenjata yang menolak membentuk angkatan bersenjata baru.
“Butuh perundingan untuk membentuk angkatan bersenjata baru,” kata Anis Sharif, juru bicara Abdulhakim Belhadj, panglima milisi Islam di Tripoli. Pada masa Qadhafi, Belhaj pernah ditahan karena dianggap teroris. "Mereka juga percaya bahwa stabilitas negara ini sangat penting," kata Kib, menanggapi tuntutan para milisi tersebut.
Karena itu, Kib akan menggelar kongres dalam delapan bulan ke depan guna memilih 200 anggota majelis atau Kongres Umum Nasional. Adapun NTC, yang dibentuk di Benghazi pada akhir Februari lalu, akan membubarkan diri saat kongres itu digelar. Kongres akan bekerja selama dua bulan untuk menunjuk perdana menteri, yang pemerintah baru.
Lalu pemerintah baru akan menggelar pemilihan dan membentuk komisi untuk menyusun konstitusi. Sebulan kemudian, konstitusi akan diajukan ke referendum. Jika konstitusi itu disahkan, kongres memiliki 30 hari untuk menyusun undang-undang pemilihan, dan pemilihan akan diadakan dalam enam bulan.
REUTERS | TELEGRAPH | WASHINGTONPOST | ANDREE PRIYANTO