TEMPO Interaktif, Amsterdam- Jaksa Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) mengatakan kantornya telah "dikontak secara informal" oleh putra Muammar Qadhafi, Saif al-Islam, yang kini dalam pelarian.
"Melalui perantara, kami telah berkontak informal dengan Saif. Kantor kejaksaan telah menjelaskan, jika dia menyerah kepada ICC, dia memiliki hak untuk didengar di pengadilan. Dia tak bersalah sampai terbukti bersalah. Hakim yang memutuskan," kata jaksa Luis Moreno Ocampoi dalam sebuah pernyataan.
Seiring dengan kematian tragis ayahnya, Saif yang berusia 39 tahun berlindung di antara suku perantau Gurun Sahara dan mencari perlindungan di luar negeri. Seorang pejabat di Dewan Transisi Nasional (NTC) Libya mengatakan Saif telah menyeberang ke perbatasan Niger, tapi belum menemukan cara menyerahkan diri kepada ICC.
"Terdapat komunikasi dengan Mali dan Afrika Selatan serta dengan negara tetangga lainnya untuk mengatur jalan keluarnya. Dia belum mendapat kepastian, masih menunggu," ujarnya kemarin.
Seorang sumber NTC mengungkapkan bahwa Saif dan Abdullah al-Sanussi, mantan Kepala Intelijen Libya, diduga bersama-sama dilindungi oleh suku Tuareg.
"Saif cemas akan keselamatannya," ujar sumber itu. Dia mencari bantuan dari luar negeri untuk bisa terbang keluar dan mengambil kesempatan di Den Haag, yang tidak ada hukuman mati. ICC sudah mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Muammar Qadhafi dan Saif karena tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan. "Dia minta dikirim sebuah pesawat terbang. Dia juga minta jaminan."
Sementara itu, dari Brussel, NATO mengakhiri misi di Libya pekan depan atau tujuh bulan setelah operasi udara dan laut yang membantu terdepaknya Muammar Qadhafi hingga ke kematiannya. Para duta besar dari 28 anggota NATO resmi menetapkan keputusan bahwa misi hingga 31 Oktober 2011. "Pekerjaan militer kami kini selesai," ujar Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen dalam pesan Twitter-nya kemarin.
THE TELEGRAPH | REUTERS | DWI