TEMPO Interaktif, Tripoli - Pemerintahan sementara Libya berjanji akan mengadili para penangkap yang terlibat dalam penyiksaan hingga akhirnya pemimpin Libya terguling, Muammar al-Qadhafi, dibunuh.
Setelah ditangkap dari lubang drainase di kota kelahirannya, Sirte, 20 Oktober 2011, anggota Brigade Misrata memukuli, menendang, dan bahkan menusukkan tongkat besi atau pisau ke dalam anus Qadhafi. Walau sudah memelas agar tetap hidup, akhirnya seorang pemberontak menembak pelipis kiri Qadhafi dengan pistol emas milik sang kolonel.
“Siapa saja yang bertanggung jawab akan dihukum dan diadili secara adil,” kata Wakil Ketua Dewan Transisi Nasional (NTC) Abdul Hafiz Goga dalam jumpa pers, seperti dikutip the Daily Mail, Jumat, 28 Oktober 2011.
Hingga kini, belum diketahui siapa yang menembak mati Qadhafi. Setidaknya sudah ada dua pemuda yang mengklaim sebagai pelaku, salah satunya Muhammad al-Bibi. Menurut seorang pejabat NTC, penembak Qadhafi adalah seorang pemuda berusia 17 tahun.
Keputusan untuk mengadili penyiksa dan pembunuh Qadhafi ini bakal tidak populer di mata rakyat Libya. Mereka begitu bergembira menyambut meninggalnya pemimpin yang sudah berkuasa selama 42 tahun itu. Mereka tidak peduli bagaimana ia bisa tewas.
Namun pembunuhan Qadhafi itu mendapat kecaman masyarakat internasional. Apalagi jenazahnya sempat dipajang empat hari sebelum dikubur di gurun Sirte, Selasa subuh lalu.
DAILY MAIL | FAISAL ASSEGAF