TEMPO Interaktif, Jakarta - Di antara orang-orang yang mencintai mendiang pemimpin Libya, Muammar Qadhafi, terselip satu orang dari Indonesia, yakni bekas pilot pribadinya, Ganahadi Ranuatmadja.
Setelah mengetahui kematian mantan majikannya itu, lelaki yang bekerja sebagai pilot Qadhafi ini langsung mendoakan arwahnya. “Saya mengirim Fatihah dan membacakan surat Yasin untuk dia,” kata Ganahadi kepada Tempo, Selasa, 25 Oktober 2011.
Ganahadi bekerja untuk Qadhafi pada 2002-2008. Ia adalah satu dari empat pilot pribadi Qadhafi, tiga lainnya warga Libya. Lulusan Garuda Indonesia-Sotramat Flying School Belgia pada 1974 ini mahir mengendalikan tiga pesawat Kepresidenan Libya tipe A300, A330, dan A340, yang dilengkapi fasilitas mewah.
Ia mengaku ditelepon langsung oleh seorang ATF Protocol Qadhafi yang tinggal di Tripoli pada Kamis malam pekan lalu. Kabar itu datang beberapa jam setelah paginya Qadhafi ditangkap hidup-hidup dan akhirnya terbunuh oleh sebuah tembakan di kepala dengan menggunakan pistol berlapis emas miliknya.
Hanya, Ganahadi menolak membuka identitas staf protokol itu walau didesak berkali-kali. Ia juga enggan membagi nomor telepon anak buah Qadhafi itu dengan alasan keamanan.
Setelah dipajang dalam ruang pendingin daging di sebuah pusat belanja di Kota Misrata sejak Kamis pekan lalu, pemerintahan sementara Libya mengumumkan bakal menguburkan jenazah Qadhafi hari ini di sebuah tempat rahasia di gurun Sirte. Mayat Qadhafi itu memang mulai membusuk.
FAISAL ASSEGAF