TEMPO Interaktif, BUENOS AIRES: -- Ribuan warga bergembira dalam kerumunan dengan bendera berkibar di Plaza de Mayo yang bersejarah. Mereka antusias melihat layar televisi besar saat perempuan itu berbicara dari hotel di pusat Ibu Kota Buenos Aires.
Begitulah Presiden Cristina Fernandez, 58 tahun, terpilih kembali dengan margin kemenangan terluas dalam sejarah Argentina. Dia berhasil meyakinkan rakyat, bahkan tanpa suami sebagai mentor politiknya, bahwa dia mampu menjaga penyebaran kemakmuran negeri dalam satu bom ekonomi.
Fernandez meraup hampir 54 persen suara dalam pemilu pada Ahad lalu dengan hampir 97 persen telah melaporkan hasil dari TPS di seluruh negeri. Penantang terdekatnya hanya beroleh suara di bawah 17 persen.
“Kita perlu semua orang untuk memahami... bahwa dari keinginan populer dan keputusan politik ini, kalian memilih saya untuk melanjutkan membangun proyek nasional buat 40 juta rakyat Argentina,” demikian Fernandez mengungkapkan dalam pidato kemenangannya, di hadapan ribuan pendukungnya, Ahad malam waktu setempat, Senin 24 Oktober 2011 pagi.
Tujuan dari “proyeknya” benar-benar mengubah masyarakat dengan menggunakan sumber daya untuk meningkatkan pendapatan, menciptakan lapangan kerja, mengembalikan kapasitas industri, dan memangkas kemiskinan.
Lahir di kota La Plata, Provinsi Buenos Aires, pada 19 Februari 1953, Fernandez belajar hukum di Universitas Nasional La Plata pada 1970-an. Dia terpilih sebagai wakil legislatif di Santa Cruz, Argentina selatan, pada 1989.
Lalu kariernya meroket, di antaranya terpilih sebagai senator pada 1995. Selama pemilu 2003, Fernandez adalah tulang punggung kesuksesan kampanye suaminya, Nestor Kirchner, untuk menjadi presiden.
Fernandez memang populer di antara para pemilih muda. Selain itu, produk domestik bruto (GDP) riil Argentina tumbuh 94 persen. Menurut pakar ekonomi Mark Weisbrot, angka itu tercepat di belahan bumi Barat dan sekitar dua kali lipat dari Brasil, yang tumbuh meyakinkan.
“Presiden Amerika Serikat Barack Obama bisa mengambil pelajaran dari hal itu,” ujar Weisbrot, Wakil Direktur Center for Economic and Policy Research di Washington, kemarin. “Ini sebuah pesan tua demokrasi: Anda penuhi apa yang Anda janjikan, dan rakyat akan memilihmu. Hal itu terlupakan di sini, Amerika Serikat.”
Fernandez tercatat sebagai presiden perempuan pertama Amerika Latin yang terpilih kembali. Tapi tampaknya ini adalah kemenangan pahit, sejak suaminya, Kirchner, meninggal akibat serangan jantung pada 27 Oktober tahun lalu.
Di luar itu, ada persoalan yang bisa menjadi bom waktu. Bank Sentral Argentina berada dalam tekanan untuk menghabiskan cadangan buat menjaga nilai peso terhadap dolar. Juga menjaga terhadap guncangan mata uang yang bisa mengancam perdagangan penting Argentina dengan Brasil.
AP | XINHUA | DWI ARJANTO