TEMPO Interaktif, Tripoli - Tayangan televisi Kamis lalu itu membuat Aisha Qadhafi terpukul. Jasad seorang pria berusia 69 tahun tampak bersimbah darah. Terbaring tanpa baju, beralas kain seadanya, dikelilingi kaki-kaki pasukan Dewan Transisi Nasional (NTC) Libya. Pria itu tak lain Muammar Qadhafi, bekas penguasa Libya selama 42 tahun.
Pada gambar berikutnya, Aisha melihat jasad saudara laki-lakinya, Mutassim, yang juga tewas dalam keadaan tragis. Gambar close-up memperlihatkan Mutassim tergeletak di tandu di sebuah rumah sakit. Kepala pria itu miring ke bawah dan rambutnya yang panjang menggantung terburai. Dia telanjang dada dengan dua luka di bagian leher.
Foto dan video orang-orang terkasih itu disiarkan secara luas ke seluruh dunia. Aisha tak sanggup lagi menangis. Tubuh perempuan 34 tahun itu pun langsung roboh. Ia pingsan. Hari itu juga ia dilarikan ke sebuah rumah sakit di Aljazair.
Keluarga Qadhafi menuntut diberi kesempatan memakamkan ayah dan anak itu. Melalui stasiun televisi pro-Qadhafi yang berpusat di Suriah, mereka meminta mayat Qadhafi dan Mutassim diserahkan kepada keluarga. "Kami meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa, Organisasi Kerja Sama Islam (OIC), dan Amnesty International memaksa Dewan Transisi Nasional menyerahkan mayat para syuhada kepada suku kami di Sirte dan mengizinkan mereka melakukan upacara pemakaman sejalan dengan ajaran Islam," demikian isi pernyataan keluarga Qadhafi.
Tuntutan itu tak dikabulkan. Kemarin jasad bekas Qadhafi malah dipertontonkan di Kota Misrata. Jasadnya diletakkan di atas kasur dalam lemari pendingin sebuah toko daging tua. Jasad itu menjadi tontonan warga Libya yang mampir ke pusat belanja. Warga antre ingin melihat jasad tersebut. Bahkan beberapa di antaranya berpose bersama jasad bekas pemimpin mereka.
Kepada wartawan, Jumat lalu, Sekretaris Jenderal NATO Fogh Rasmussen tak menyampaikan penyesalan secara terbuka mengenai kematian Qadhafi. Padahal kematiannya meninggalkan satu pertanyaan: ditangkap dalam keadaan hidup oleh anggota NTC, tapi dibawa dalam keadaan tewas ke rumah sakit.
Para pejabat NTC mengatakan Qadhafi meninggal dunia akibat lukanya di dalam ambulans. Tapi sopir ambulans, Ali Jaghdoun, mengatakan kepada Reuters bahwa Qadhafi sudah tewas ketika ia mengambil mayatnya. "Saya tidak berusaha menolongnya karena ia sudah meninggal dunia," katanya. Keterangan ini memperkuat dugaan yang sudah tersebar luas bahwa Qadhafi dihakimi beramai-ramai.
Beredarnya video detik-detik terakhir Qadhafi semakin memperkuat dugaan pria yang memimpin Libya sejak 1969 itu tewas dibunuh. Banyak versi kematian Qadhafi. Ada versi yang menyebutkan Qadhafi ditarik dari tempat persembunyiannya ketika terluka parah dalam baku tembak. Versi lain, Qadhafi dibawa dalam keadaan terluka, dipukuli, kemudian ditembak.
Komisi Hak Asasi Manusia PBB menyatakan penyelidikan mengenai penyebab kematian Qadhafi diperlukan. Juru bicara Komisi HAM PBB, Rupert Colville, yang melihat video itu memastikan akan menginvestigasi kematian Qadhafi.
REUTERS | HINDUSTANTIMES | DAILYMAIL | ERWINDAR