TEMPO Interaktif, Tripoli- Sejak pemberontakan meletup di Libya pada Februari lalu, praktis, keluarga inti Kolonel Muammar Qadhafi terguncang. Beberapa bulan sebelum tewasnya Qadhafi, mereka sudah tercerai-berai. Istri kedua dan beberapa anak Qadhafi setidaknya aman berlindung di negara tetangga.
Saif al-Islam, menurut seorang Komandan Senior Dewan Transisi Nasional (NTC), kabur ke sebelah selatan Sirte menuju perbatasan Libya dengan Niger. Komandan Abdul Majid Mlegta menyebutkan Saif diyakini berada dalam sebuah konvoi tiga kendaraan militer tahan peluru untuk mencoba kabur dari sergapan NTC di Sirte, Kamis lalu, yang menewaskan ayahnya.
"Kami terus memburunya. Para pejuang di seluruh kawasan (selatan) kini bersiaga penuh," ujar Mlegta, Jumat, 21 Oktober 2011. Adapun Saif al-Arab terbunuh dalam sebuah gempuran jet-jet tempur NATO di Tripoli
Sebelumnya, lusinan loyalis Qadhafi, termasuk Saadi, kabur ke Niger pada September lalu dan diketahui berada di Ibu Kota Niamey.
Niger menolak bujukan untuk menyerahkan mereka kepada penguasa baru Libya dengan mengatakan Tripoli bisa mengirim para penyelidik jika ingin menanyai mereka. Lebih jauh disebutkan, Saadi tidak akan diekstradisi jika tak ada kemungkinan dia mendapat pengadilan yang adil atau berisiko dihukum mati. Saadi sempat ditunjuk bernegosiasi dengan NTC pada akhir Agustus setelah pemberontak merebut ibu kota.
Mlegta menyebutkan, dalam beberapa hari terakhir, Kepala Keamanan Qadhafi, Abdullah al-Senussi, diyakini bersembunyi di Niger. Ia berusaha mengatur beberapa bentuk perjalanan aman dari Sirte ke Niger untuk rombongan Qadhafi.
Kamis lalu, Menteri Luar Negeri Niger Mohammed Bazoum mengatakan ia telah diberi informasi oleh beberapa negara Barat bahwa Senussi telah kabur melintasi perbatasan dan masuk ke ujung utara Niger. Senussi dicari Mahkamah Kejahatan Internasional karena kejahatan melawan kemanusiaan.
Adik ipar Qadhafi yang terbunuh pada Kamis lalu itu dituduh memerintahkan pembunuhan dan eksekusi warga sipil selama kolapsnya rezim Qadhafi.
Adapun tiga anak Qadhafi lainnya kini berada di Aljazair. Pemerintah di sana menyatakan telah memberi perlindungan kepada istri Qadhafi pada Agustus lalu bersama putrinya, Aisha, serta dua putranya, Hannibal dan Mohammed, dengan alasan kemanusiaan.
Aisha pernah kuliah di Prancis dan bersuara keras membela ayahnya ketika pemberontakan dimulai. Dia digambarkan kerap tampil glamor dan dijuluki Claudia Schiffer dari Afrika Utara. Sebagai pengacara, dia pernah bergabung dengan sebuah tim untuk membela pemimpin Irak yang terjungkal, Saddam Hussein, di Bagdad, tapi gagal. Kemudian perannya sebagai seorang utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa tak berlaku begitu perlawanan populer Libya meledak.
REUTERS | DWI ARJANTO