TEMPO Interaktif, Tripoli - Dewan Transisi Nasional (NTC) menegaskan tidak ada perintah untuk membunuh Muammar Qadhafi. Mantan pemimpin Libya itu terbunuh kemarin dengan luka mengenaskan dalam perlawanannya dengan pemberontak. Ia tertangkap pemberontak ketika sedang bersembunyi di pipa pembuangan dalam pelariannya di daerah Sirte, tanah kelahiran Qadhafi.
Siaran televisi menunjukkan detik-detik terakhir seseorang mirip Qadhafi diseret ke jalan ketika tertangkap. Kemudian pria 69 tahun ini dipukul berulang kali hingga akhirnya meninggal.
Tayangan kematian ini menunjukkan kontradiksi dengan pernyataan Dewan Transisi Nasional. Dewan menyebut Qadhafi tewas dalam pertarungan senjata antara pendukung pemerintah dan pemberontak. Dia tertembak dengan luka di kepala.
Laporan lain menyebutkan Qadhafi mencoba keluar dari Sirte dengan konvoi kendaraan. Tapi kemudian kendaraan Qadhafi dihentikan tentara Perancis. Beberapa jam kemudian, setelah adu senjata dengan pemberontak, pasukan pemberontak akhirnya berhasil menemukan Singa Afrika ini di dalam pipa pembuangan.
NATO menuturkan pesawat tempur mereka yang menembak konvoi kendaraan di dekat Sirte pada pukul 08.30 pagi. Pesawat terebut mengenai dua kendaraan militer, tetapi tidak bisa memastikan apakah Qadhadi adalah salah satu penumpangnya. Pemerintah Perancis kemudian menyatakan bahwa pesawat jet mereka juga menembaki konvoi pada saat yang bersamaan.
Seorang sumber di NTC menyebut bahwa sebenarnya Qadhafi tertangkap hidup-hidup. Tetapi mereka menyeret keluar dan memukulinya hingga meninggal.
Juru Bicara NTC di Benghazi, Jalal AL Galal menuturkan dokter yang memeriksa Qadhafi di Misrata menemukan ada tembakan di kepala dan perut. Pejabat Senior NTC Abdel Majid Mlegta menuturkan bahwa uji DNA mengkonfirmasi bahwa jenazah itu adalah Qadhafi.
REUTERS|DIANING SARI