TEMPO Interaktif, NEW YORK - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon menganggap kematian pemimpin Libya Muammar Qadhafi sebagai momen bersejarah bagi rakyat Libya.
Pernyataan itu dikeluarkan Sekjen Ban di awal pidato yang disampaikannya pada panel tentang Global Sustainability di Markas Besar PBB, New York, Kamis 20 Oktober 2011.
"Anda semua telah melihat laporan (media) tentang kematian Kolonel Qadhafi dan berakhirnya pertempuran di Sirte dan kota-kota lainnya" kata Ban. "Tentunya hari ini merupakan transisi yang bersejarah bagi Libya. "
"Dalam hari-hari mendatang, kita akan menyaksikan perayaan, juga kesedihan bagi mereka yang kehilangan," tambahnya.
Menurut Ban, kematian Qadhafi merupakan "akhir dari permulaan" karena jalan yang akan ditempuh rakyat Libya di masa depan akan sukar dan penuh dengan tantangan.
Ban mengajak semua pihak di Libya untuk bersatu padu guna mewujudkan masa depan yang lebih baik melalui kesatuan nasional dan rekonsiliasi.
"Sekarang semua pihak harus meletakkan senjata dengan damai. Ini merupakan masa untuk penyembuhan dan membangun kembali, untuk semangat kemurahan hati, bukan untuk pembalasan dendam," ujarnya.
Di tengah persiapan yang dilakukan oleh pihak berwenang Libya untuk menyelenggarakan pemilihan umum maupun berbagai rencana pembangunan menuju bangsa yang baru, Ban mengingatkan agar semua pihak dilibatkan.
"Semua warga Libya harus terwakili dalam pemerintahan dan kepemimpinan. Harapan yang selalu disuarakan pada masa-masa revolusi dan konflik harus diwujudkan melalui kesempatan-kesempatan serta keadilan bagi semua," katanya.
Qadhafi dilaporkan tewas pada Kamis pagi waktu setempat di kota kelahirannya, Sirte, yang belakangan ini menjadi pertahanan terakhir Qadhafi dalam menghadapi kepungan pasukan-pasukan Dewan Peralihan Nasional Libya (NTC). Qadhafi disebutkan tewas dalam serangan pasukan NTC pada hari yang sama.
WDA | REUTERS | ANT