TEMPO Interaktif, TAIPEI:-- Presiden Taiwan Ma Ying-jeou mempertimbangkan untuk membuat perjanjian damai dengan Cina dalam tempo 10 tahun. Perjanjian ini merupakan tahap awal untuk membangun rasa saling percaya dan membuka peluang untuk reunifikasi yang diusulkan Cina selama ini.
Hanya, kata Ma, perjanjian damai itu harus terlebih dulu mendapat persetujuan dari rakyat Taiwan. “Di bawah konsensus tingkat tinggi di antara rakyat Taiwan dan kepercayaan yang cukup kedua belah pihak, kami dapat mempertimbangkan perjanjian damai dengan Cina dalam 10 tahun ini,” kata Ma kepada wartawan, Senin 17 Oktober 2011.
Lontaran Ma ini diperkirakan terkait dengan upayanya untuk kembali memenangkan pemilihan presiden pada Januari 2012. Ma meraih kemenangan dalam pemilihan umum 2008 dengan dukungan partai Kuomintang. Selama ia memerintah Taiwan, Ma dikenal dekat dengan Cina. Ia membuka pintu lebar-lebar untuk hubungan ekonomi dengan Cina.
Meski hubungan Ma dan Cina tampak akrab, ketegangan militer di antara kedua negara kembali terjadi. Ma pun menghadapi tekanan dalam kampanyenya untuk pemilihan presiden pada Januari 2012 akibat kedekatannya dengan Cina.
Presiden Taiwan sebelumnya, Chen Shui-bian, dari partai Demokratik Progresif, menolak membangun hubungan dengan Cina. Ia justru mendorong kemerdekaan Taiwan dari Cina. Chen kemudian dijatuhi hukuman penjara atas tuduhan korupsi dan meletakkan jabatannya sebagai presiden.
DPP bangkit dari skandal korupsi Chen dengan mempersiapkan Tsai Ing-wen, berlatar belakang pendidikan Amerika Serikat dan Inggris, untuk menantang Ma dalam pemilihan presiden pada Januari mendatang.
Bejing menikmati hubungan mesranya dengan Ma ketimbang dengan Chen. “Mereka sangat mencermati pemilihan mendatang,” kata Dafydd Fell, pengajar senior pada Studi Taiwan di Sekolah Kajian Oriental dan Afrika di London.
“Bahkan, ketika DPP meraih poin terendah, ketika saya membicarakan hal ini kepada rakyat Taiwan di Cina, mereka masih saja sangat khawatir tentang prospek DPP untuk kembali berkuasa,” ujar Fell.
Saat memperingati 100 tahun revolusi Xinhai pada 9 Oktober lalu, Presiden Cina Hu Jintao menyatakan keinginannya agar Cina dan Taiwan kembali bersatu. Apalagi hubungan kedua negara, terutama di bidang ekonomi, terus membaik.
Taiwan memisahkan diri dari Cina pada 1949 ketika kelompok nasionalis mundur setelah kelompok komunis menguasai Cina daratan dalam perang saudara. Cina tidak mengakui kemerdekaan Taiwan dan tetap menganggapnya sebagai bagian dari wilayah kekuasaan Cina.
REUTERS | ASIAONE | MARIA RITA