TEMPO Interaktif, CALUMPIT: -- Sedikitnya 23 orang tewas akibat topan Nesat, yang melanda Filipina sejak Senin hingga Selasa lalu. Selain menimbulkan korban jiwa, Nesat membuat puluhan ribu orang dievakuasi setelah banjir bandang, yang dipicu angin tersebut, menenggelamkan sebagian daerah Filipina.
Di beberapa wilayah di pinggiran ibu kota Filipina, Manila, banjir mencapai ketinggian 1,5 meter. Untuk menyelamatkan diri, korban berlindung di atap rumah mereka. "Dua anak laki-laki saya terjebak. Mereka mengirim pesan ke saya bahwa mereka berlindung di atas atap," kata seorang warga, 56 tahun. Petugas berusaha menyelamatkan korban dengan perahu karet.
Satu daerah yang paling parah terkena banjir adalah Provinsi Bulacan. Di provinsi yang berjarak hanya satu jam perjalanan darat dari Manila ini, banjir menyebabkan tanggul pecah sehingga membuat situasi semakin parah. Petugas pertahanan sipil mencatat 73 ribu orang terpengaruh oleh banjir di Bulacan dan provinsi di sekitarnya.
Kemarin Nesat mulai meninggalkan Filipina dan bergerak ke Laut Cina Selatan menuju Vietnam dan Cina Selatan. Hengkangnya Nesat memberi kesempatan kepada petugas untuk mencari lusinan korban yang masih hilang. Di Manila, aktivitas warga mulai berjalan. Hal ini terlihat dengan dibukanya kembali pasar, kantor pemerintah, layanan kereta api, dan sejumlah sekolah. Sebelumnya, lembaga-lembaga ini ditutup karena putusnya aliran listrik.
Departemen Pertanian memperkirakan kerugian awal di bidang pertanian akibat topan tersebut sekitar US$ 16 juta, sedangkan kerugian di bidang infrastruktur sekitar US$ 1,7 juta.
INQUIRER | ASIAONE | MANILA BULLETIN | SUNARIAH