TEMPO Interaktif, New York - Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa akan bertemu pada Senin besok untuk membahas permohonan Palestina menjadi anggota PBB. Palestina resmi mengajukan surat permohonan agar diakui sebagai negara berdaulat dan menjadi anggota PBB, Jumat lalu. Surat tersebut diterima langsung oleh Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon.
Duta Besar Libanon untuk PBB yang juga Ketua Dewan Keamanan saat ini, Nawaf Salam, mengaku menerima surat tersebut dan telah mengedarkannya ke semua anggota Dewan Keamanan. “Guna membahas surat ini, saya memanggil semua anggota untuk konsultasi Senin pukul tiga sore (waktu New York),” kata Nawaf.
Masuknya surat permohonan Palestina ke Dewan Keamanan menjadikan lembaga tersebut sebagai sorotan saat ini. Apalagi ditambah keberadaan tiga anggota baru Dewan Keamanan, yakni Gabon, Kolombia, dan Bosnia-Herzegovina. Tiga negara itu biasanya tidak berhubungan dengan diplomasi Timur Tengah. Tapi, karena menjadi anggota Dewan Keamanan tahun ini, suara ketiganya turut menentukan apakah permohonan Palestina disetujui atau tidak.
Di Dewan Keamanan, Palestina membutuhkan dukungan sembilan dari 15 suara. Diramalkan angka itu sulit dicapai karena beberapa negara anggota mendapat sedikit keuntungan dari hal tersebut. Bosnia, Kolombia, dan Portugal hanya menunjukkan keinginan untuk meneliti teks akhir permohonan Palestina. Sedangkan negara-negara Afrika Barat, seperti Gabon dan Nigeria, diperkirakan akan bersikap pasif.
Menurut Direktur Pusat Afrika Dewan Atlantik di Washington, J. Peter Pham, permohonan Palestina bisa diterima jika Nigeria berada di pihak Palestina, dan Gabon, yang mencari hubungan kuat ke Amerika Serikat, menyimpan keputusannya sampai menit terakhir. Ini karena Gabon tak memberi pengaruh besar bagi Pemerintah Obama.
Hingga saat ini Palestina juga masih mengharapkan dukungan dari beberapa anggota Dewan Keamanan yang tidak mengalami rotasi, termasuk Brasil, India, Afrika Selatan, dan Libanon, negara Arab yang paling banyak menampung pengungsi Palestina. Jika dukungan itu sudah diperoleh, dan Rusia serta Cina mempertahankan dukungan mereka, Palestina akan punya dasar yang kuat untuk memenangi pengakuan sebagai anggota PBB.
Kendati demikian, masih ada ganjalan lain, yakni ancaman veto Amerika Serikat. Presiden Barack Obama mengancam akan menggunakan hak vetonya untuk menghentikan langkah Palestina meski ada laporan lain juga yang menyebut Obama ingin menghindari aksi yang dapat membakar dunia Arab.
Tapi, meskipun situasi di markas PBB di New York sangat tegang dan diwarnai aksi lobi tingkat tinggi, hal itu tak menular ke tanah Palestina. Di negara yang diduduki Israel itu kemarin warga bersuka cita atas sejarah yang diukir pemimpin mereka, Presiden Mahmud Abbas.
REUTERS | AP | YAHOONEWS | AL ARABIYA | SUNARIAH