TEMPO Interaktif, YOGYA -Perwakilan dari sembilan negara ASEAN--Vietnam, Malaysia, Kamboja, Laos, Filipina, Singapura, Thailand, dan Indonesia--Kamis 22 September 2-11 berkumpul di Hotel Shantika Yogyakarta. Mereka bermaksud merumuskan sikap bersama berkaitan dengan program pengurangan emisi dan pelestarian hutan di kawasan Asia Tenggara.
Rencananya sikap bersama yang dirumuskan itu akan dibawa ke Conference of The Parties ke-17 di Durban, Afrika Selatan, pada 28 November sampai 9 Desember 2011.
"Kami berupaya mengusulkan ada kebijakan baru dari negara-negara kaya tentang pengurangan emisi," kata Soenaryo, Staf Khusus Menteri Kehutanan Bidang Pengembangan SDM dan Reformasi Birokrasi.
Workshop ini akan berlangsung hingga Sabtu mendatang.Selama tiga hari para wakil negara ASEAN akan sharing soal lingkungan dan menyatukan pendapat berkaitan dengan pelaksanaan Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation (REDD). REDD merupakan mekanisme mengurangi emisi gas rumah kaca akibat deforestasi dan degradasi hutan melalui pemberian insentif dari negara-negara maju.
Negara-negara anggota ASEAN memiliki total hutan seluas 33,4 persen dari daratan atau 283,2 juta hektare. Pengurangan area hutan di Asia Tenggara jelas bisa melonjakkan tingkat emisi global. Sayangnya, selama ini beban penanggulangan ancaman itu mayoritas ada di pundak negara-negara berkembang.
"Dengan mempersiapkan sikap bersama ini, harapannya akan lebih efektif dan dapat lebih didengar oleh internasional," Soenaryo menambahkan.
Kepala Pusat Hubungan Masyarakat Kementerian Kehutanan Masyhud, dalam siaran persnya, menuturkan, Indonesia saat ini memiliki hutan seluas 120,3 juta hektare. Indonesia telah menetapkan target pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen dengan upaya sendiri atau 41 persen dengan bantuan internasional sampai 2020.
| PRIBADI WICAKSONO | ADDI MAWAHIBUN IDHOM