TEMPO Interaktif, New York -Setengah hari sebelum rencana pengajuan pengakuan keanggotaan penuh dari Palestina di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Kamis waktu New York atau Jum'at, 23 September, mengemuka sikap beberapa negara Barat.
Hari ini Presiden Amerika Serikat Barack Obama berpidato bahwa “tidak ada jalan pintas untuk mengakhiri konflik yang telah bertahan selama beberapa dekade” antara Israel dan Palestina. Di samping mengakui kedua pihak punya “aspirasi-aspirasi yang sah”, Obama menyebut perdamaian tak akan datang melalui deklarasi-deklarasi dan resolusi di PBB, tapi lebih dari dimulainya kembali negoisasi langsung.
Dia berusaha meyakinkan Palestina bahwa dia tidak meninggalkan janjinya membantu mereka, di saat yang sama menempatkan komitmen Washington kr Israel. “Komitmen Amerika atas keamanan Israel tak tergoyahkan.”
Inggris sejauh ini masih belum jelas bagaimana akan menaggapi jika Mahmoud Abbas tetap mengajukan surat agar PBB mengakui resmi negara Palestina kepada 15 anggota Dewan Keamanan pada Jum'at.
Namun, Perdana Menteri David Cameron, yang dijadwalkan berpidato di Majelis Umum PBB, Kamis waktu setempat (Jum'at dinihari WIB), sudah jelas dalam dukungannya untuk solusi dua negara. Tetapi tampaknya mengarah bahwa itu tergantung pada ancaman kepada keamanan Israel di sekitar meja perundingan.
“Kami mendukung Palestina memiliki negara sendiri berdampingan dengan suatu keamanan Israel,” ujarnya di sela Sidang Umum PBB.
“Pada akhirnya kami akan mengakui bahwa sebuah negara Palestina berdampingan dengan negara Israel oleh rakyat Palestina dan rakyat Israel duduk dan berbicara satu sama lain,” kata Cameron.
Tapi dia menolak untuk masuk manuver saat ini di PBB oleh Palestina yang bersiap menunda upaya memburu pengakuan “selama beberapa bulan”. “Kami masih belum tahu apa keputusan yang akan dibuat, apa saja syarat-syaratnya,” Cameron menambahkan.
The Telegraph | Al Jazeera | dwi arjanto