TEMPO Interaktif, Doha -Guncangan manajemen terjadi di jaringan berita penyiaran satelit Al Jazeera. Setelah berdiskusi lama dengan para jajaran petingginya, Direktur Jendral Jaringan, Waddah Khanfar mengumumkan pengunduran diri. “Saya telah memutuskan untuk bergerak,” ujar Khanfar dalam catatan yang dikirimkan ke seluruh staf Al Jazeera dan juga dilansir di situs sosial media Twitter.
“Setelah diangkat saya menetapkan tujuan untuk membangun Al Jazeera sebagai pemimpim media global. Target itu telah terpenuhi dan organisasi berada dalam posisi yang kuat,” demikian Khanfar dalam pernyataan yang dilansir stasiun tersebut Selasa malam, 21 September.
Sheikh Ahmad bin Jasem al-Thani, seorang anggota keluarga penguasa Qatar yang menjadi anggota komisaris perusahaan negara Qatargas, ditunjuk menggantikan Khanfar.
Sejak diluncurkan pada tahun 1996, Al Jazeera menjadi stasiun penyiaran bertia terkemuka di Timur Tengah. Liputannya sering eksklusif dari konflik Timur Tengah hingga Afganistan. Al Jazeera yang dimiliki pemerintah Qatar, meliput jam ke jam peristiwa pemberontakan yang mendongkel para veteran penguasa di Tunisia, Mesir dan Libya, tahun ini. Stasiun itu juga mempromosikan dirinya sebagai suara demokrasi di kawasan.
Namun Kepala Biro Al Jazeera di Libanon, Ghassan Bin Jiddo, mundur pada April lalu, tampaknya karena ketikdasetujuan atas liputan intensif atas revolusi di kawasa, yang saat ini masih membekap Suriah dan Yaman.
Di samping itu, Al Jazeera juga dikritik karena kawat-kawat diplomatik Amerika Serikat yang bocor menggambarkan kanal itu sebagai salah satu alat diplomasi pemerintah Qatar. Toh saluran itu terbukti memainkan peran penting dalam menaikkan prestis negeri mungil yang makmur di Teluk Arab tersebut.
The Telegraph | dwi a