TEMPO Interaktif, Bani Walid - Para pejuang Kolonel Muammar Qadhafi melancarkan serangan artileri balasan dan mencoba menyergap pasukan pemberontak di bawah Dewan Transisi Nasional (NTC), yang menginvasi dari gerbang utara Kota Bani Walid. Selain kota itu, pertempuran masih berkobar di Sirte.
Serangan balik kemarin datang setelah dua pihak bentrok sepanjang malam ketika pasukan NTC mendapat perlawanan ganas dalam upaya mereka menghancurkan loyalis pemimpin Libya yang terjungkal itu. Tembakan mortir membidik sebuah gedung tempat bermarkasnya pasukan NTC, di dekat gerbang utara, memicu debu beterbangan dan asap hitam memenuhi langit.
“Pasukan Qadhafi menyerang pos pemeriksaan. Ada banyak pertempuran di dalam kota,” demikian klaim pejabat regional NTC, Abdullah Kenshil, kemarin. Sehari sebelumnya, upaya pasukan NTC merebut Bani Walid gagal dan dipukul mundur secara memalukan di bawah tembakan pengikut Qadhafi.
Di area kota tepi Mediterania, Sirte, pasukan NTC mencoba masuk lewat sisi barat dan sempat menguasai kota kecil Herawa. Tapi mereka tak mampu menyentuh Sirte, kampung halaman Qadhafi.
Juru bicara Qadhafi, Moussa Ibrahim, yang dikontak Reuters lewat telepon satelit, menyebutkan bahwa Qadhafi masih berada di Libya memimpin “perlawanan” terhadap para penentangnya. “Kami akan mampu melanjutkan perang ini dan kami punya cukup senjata untuk berbulan-bulan,” ujarnya.
Ibrahim menyatakan serangan udara NATO terhadap Sirte telah menyerang sebuah permukiman dan sebuah hotel. Dia menuding 354 warga sipil tewas, lebih dari 700 orang terluka, dan 89 orang lainnya hilang akibat pengeboman pekan lalu. Bahkan selama 17 hari terakhir, lebih dari 2.000 orang terbunuh.
Tak ada cara untuk memverifikasi jumlah itu. NATO sering membantah serangan mereka telah menewaskan banyak warga sipil Libya. “Kami tentu memperhatikan aneka tuduhan itu,” ujar Kolonel Roland Lavoie, juru bicara aliansi militer Barat itu, di Brussels kemarin. Tudingan tersebut dinilainya sebagai klaim sepihak.
REUTERS | ALJAZEERA | DWI ARJANTO