TEMPO Interaktif, Kaphatenga - Ojek sepeda ternyata tak hanya ditemui di Indonesia. Di Malawi ojek sepeda juga menjadi alat transportasi favorit. Di negara selatan Afrika itu ojek sepeda dikenal sebagai Kabaza.
Kendaraan beroda dua ini biasa digunakan untuk mengangkut kayu bakar hingga es loli ke seluruh penjuru Malawi. "Menjadi buruh pembuat perahu adalah hal yang sulit, maka saya memilih menjadi tukang ojek sepeda," ujar Panjira Khombe, 28 tahun. Dalam sehari Ia mendapat sekitar seribu kwacha (Mata uang Malawi) atau senilai $6.6 atau 4.5 euro.
Panjira yang sudah dua tahun mengojek, menyatakan mampu membawa penumpang dengan badan gendut. "Kami tidak peduli, sepanjang ada pelanggan," ujar dia.
Malawi memang berbeda dengan negara-negara lain di Afrika. Kawasan pedesaan Malawi tak terpengaruh dengan maraknya sepeda motor yang kini menyerbu benua termiskin ini.
Relawan Insinyur Tanpa Batas Alex Hockin mengaku hanya membayar satu dolar sekali perjalanan. "Saya sangat menyukainya," kata dia. "Anda tinggal meloncat di jok penumpang jika ingin berkeliling Malawi," papar perempuan asal Kanada ini.
Jumlah sepeda mencapai 10 hingga 20 buah untuk setiap mobil yang melalui Salema, kawasan di dekat Danau Malawi. Ya, 16 juta penduduk Malawi masuk kategori miskin. Permintaan kendaraan hanya 3 ribu per bulan.
Bagi pemilik kendaraan bermotor, bahan bakar menjadi masalah juga di Malawi. Sebab selain harganya mahal, keberadaannya juga langka di negara yang mayoritas penduduknya hidup dengan biaya kurang dari satu dolar Amerika per hari.
"Sepeda sangat populer di Malawi, karena masyarakat tak mampu membeli sepeda motor," ujar Warga Negara Belanada Peter Meijer yang membuka bisnis di Malawi.
Kepopuleran sepeda ternyata dibaca Peter sebagai peluang usaha. Ia menciptakan Carecar, ambulance sepeda yang dimodifikasi. "Permintaan sangat tinggi," ujar Peter. Sekitar 80 persen pesanan datang dari lembaga non pemerintah.
MYSINCHEW.COM | DIANING SARI