TEMPO Interaktif, Moskow -Perdana Menteri Inggris David Cameron, hari ini, Senin, 12 September bertemu dengan Presiden Rusia Dmitry Medvedev dan kemudian Perdana Menteri Vladimir Putin di Moskow. Tujuannya memperkuat kerjasama ekonomi dan hubungan politik meskipun ada sengketa panjang atas terbunuhnya Alexander Litvinenko, seorang mantan anggota KGB berpangkat kolonel dan pengkritik keras Kremlin yang telah bermukim di Inggris. Dia tewas di London akibat racun material radioaktif pada 2006.
“Saya mengakui bahwa Inggris dan Rusia memiliki kesulitan hubungan untuk beberapa waktu lamanya, dan kita seharusnya bisa mengatasi area-area dimana kita masih bertentangan,” ujar Cameron dalam sebuah pidato di Moscow State University, Senin 12 September 2011siang. “Tapi saya ingin membuat suatu pendekatan baru berdasarkan kerjasama.”
Lawatan Cameron menandai kontak pertama antara pemimpin Inggris dan Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin, sejak Putin, sebelumnya menjadi presiden, berselisih dengan mantan PM Tony Blair pada hal-hal yang buruk pada 2007 atas pembunuhan Litvinenko.
Cameron juga akan berbicara dengan Presiden Dmitry Medvedev. Dalam sebuah surat kepada harian Sunday Times kemarin, empat mantan Menteri Luar Negeri Inggris mendesak Cameron untuk bersikap keras terhadap Rusia atas “permusuhan” atas jurnalis dan bisnis.
Menurut kantor Cameron, lawatan satu hari yang disertai 24 delegasi pebisnis, diperkirakan mengunci kesepakatan bisnis senilai US $ 345 juta, yang bisa menciptakan hampir 500 lowongan pekerjaan baru di Inggris dan mengamankan ribuan orang lainnya.
Baca Juga:
Hubungan bilateral kedua negara renggang sejak kematian Litvinenko. Baik Inggris dan Rusia saling usir para diplomatnya saat Moskow menolak permintaan dari London untuk mengekstradisi Andrei Lugovoi, seorang mantan agen KGB yang diinginkan Inggris untuk diselidiki atas kasus Litvinenko.
Cameron diperkirakan meniupkan isu Litvinenko dan beberapa kasus HAM di Rusia, tapi tak bakal ada kemajuan selama kunjugan itu buat pengakhiran sanksi-sanksi yang dilancarkan Inggris.
Al Jazeera | Bloomberg | dwi a