TEMPO Interaktif, Tempo sempat terkejut saat ia merespons perkenalan diri dengan bahasa Indonesia yang fasih. "Apa kabar?" dia bertanya, lalu tersenyum, setelah selesai berbincang di telepon di depan Hotel Corinthia, Tripoli, Sabtu lalu. Rupanya Dr. Arif Nayid, Koordinator Operasi Tim Stabilisasi Libya, pernah bertugas di Malaysia. Jabatan terakhirnya pada era Muammar Qadhafi adalah Duta Besar Libya buat Uni Emirat Arab.
Setelah pecah revolusi, Nayid ditunjuk sebagai Koordinator Operasi Tim Stabilisasi Libya. Ia bertanggung jawab mengkoordinasi semua menteri di bawah otoritas Perdana Menteri Mahmud Jibril dalam program stabilisasi pascakonflik. Ia mengakui semua persiapan dan proses ke arah itu sudah berjalan. Apalagi, menurut dia, Qadhafi sudah makin terdesak dan bakal segera tamat.
Wawancara berlangsung di sebuah ruangan di Hotel Corinthia setelah Nayid selesai salat Asar. Berikut ini penuturan Dr. Arif Nayid kepada Faisal Assegaf dari Tempo.
Apa masalah terbesar yang akan dihadapi pascakonflik?
Saya pikir bukan masalah terbesar yang bakal kami hadapi, melainkan ambisi paling besar kami untuk menciptakan Libya sebagai sebuah negara yang damai, harmonis, dan saling mengasihi di antara rakyatnya. Untuk mewujudkan ini semua, kami perlu memusnahkan faktor-faktor yang menyebabkan ketidakstabilan.
Pertama, kami akan memusatkan perhatian pada faktor destabilisasi manusia, yaitu menyediakan fasilitas lengkap buat rumah sakit, memastikan korban cidera mendapat perawatan tepat, menyediakan fasilitas air bersih dan makanan. Pada prinsipnya, kami akan memenuhi kebutuhan dasar penduduk, listrik, dan bahan bakar. Saat ini kami akan mencapai stabilitas pada faktor itu di Tripoli dan beberapa kota penting lainnya.
Untuk mencapai stabilisasi dalam jangka panjang, perlu ada rekonsiliasi nasional untuk mendidik rakyat mengenai perdamaian, saling menghormati, dan demokrasi, memulai proses demokratisasi untuk menggelar pemilihan umum, mengenalkan kampanye kepada rakyat. Jadi, masih perlu waktu panjang.
Jika Qadhafi dan keluarganya berhasil mendapatkan suaka, apakah itu menjadi salah satu faktor destabilisasi buat Libya?
Tentu saja, selama Qadhafi masih bebas, ia merupakan faktor destabilisasi. Ia bisa menggunakan semua sumber daya yang dimiliki untuk menciptakan ketidakstabilan di negara ini. Namun, ancaman dari dia makin berkurang karena ada konsensus mutlak di antara rakyat Libya untuk kebebasan dan demokrasi. Mereka tidak menginginkan lagi Qadhafi. Ia sudah benar-benar tamat.
Tentu saja akan lebih baik jika ia dapat diadili dan lebih mudah karena lebih mudah menangani sesuatu yang membahayakan di dalam dan di luar negara ini. Kami berharap ia segera diadili lantaran ada banyak keluarga yang anggota mereka tewas dan cidera di tangan Qadhafi menuntut keadilan. Kami akan mengadili dia secara adil sesuai dengan prosedur dan memberi keadilan bagi mereka yang berhak mendapatkan itu.
Bagaimana Anda melihat kemungkinan hubungan antara bekas pengikut Qadhafi dan rakyat Libya lainnya?
Saya pikir kebanyakan orang bertempur buat Qadhafi karena takut. Ia telah menembak siapa saja yang menolak perintahnya. Ketika kami memasuki kota-kota yang tadinya dikuasai pihak Qadhafi, kami menyaksikan penduduk kota yang bersangkutan ikut membantu proses pembebasan. Mereka sebenarnya setia terhadap Libya dan bukan kepada Qadhafi.
Sebagian besar warga sipil kini memiliki senjata. Bagaimana Anda menangani masalah ini?
Masalah ini memang aneh karena ada distribusi senjata secara massal kepada warga sipil. Mereka tetap menyimpan senjata itu karena khawatir warga lain yang memiliki senjata akan menyerang. Kami memiliki program untuk mendata semua senjata yang berada di tangan penduduk sipil dan nantinya harus diserahkan kepada pemerintah. Kami akan menyimpan semuanya dan akan digunakan jika ada masalah keamanan.
Kapan pemilihan umum akan digelar?
Kami tetap berkomitmen pada pengumuman yang sudah disampaikan Ketua NTC Mustafa Abdul Jalil. Kami sedang mempersiapkan semua itu dan mungkin pekan depan agenda menuju pemilu akan diumumkan.
Jadi, delapan bulan lagi?
Ya.