TEMPO Interaktif, Niger - Pemimpin Libya terguling, Kolonel Muammar Qadhafi, menolak spekulasi kabar yang menyatakan dirinya kabur ke negeri tetangga, Niger.
Pernyataan tersebut disampaikan melalui telepon kepada televisi Suriah dari tempat persembunyiannya. Pada kesempatan itu pula Kolonel Qadhafi juga bersumpah bahwa dia bersama pasukannya akan terus bertempur dan akan mengalahkan NATO serta Dewan Transisi Nasional (NTC).
Semula ada kabar yang menyebutkan Niger telah mencapai kata sepakat untuk menerima penguasa Libya selama 42 tahun jika dia memasuki negara tersebut sebagai pengungsi.
Menteri Luar Negeri Niger mengatakan kepada BBC bahwa Niamey, ibu kota Niger, belakangan mengambil keputusan untuk menerima Kolonel Qadhafi atau menyerahkannya kepada Mahkamah Internasional (ICC) di Den Haag.
Sebelumnya ada spekulasi berita yang menyebutkan Kolonel Muammar Qadhafi disertai pengikutnya menyeberang ke Niger dengan membawa perlengkapan tempur, emas, dan uang.
Kabar lainnya mewartakan Kolonel Qadhafi berada di kota padang pasir Bani Walid, terletak di sekitar 950 kilometer dari ibu kota Tripoli atau 300 kilometer sebelah utara perbatasan Niger.
Kabar tersebut sontak membuat Prancis, Amerika Serikat, dan para pemberontak yang bergabung di NTC geram. Amerika semula yakin kepergian Qadhafi ke Niger dikawal 250 iring-iringan kendaraan militer, selanjutnya masuk ke Niger atau Chad. "Saya rasa beliau saat ini sudah keluar dari Bani Walid," ujar Hisham Buhagiar yang diberi mandat NTC untuk memburu Qadhafi hidup atau mati.
Selain akan menyerahkan Qadhafi, Niger juga berniat mengirimkan putranya Saif al-Islam dan bekas Kepala Intelijen Abdullah Sanusi ke Mahkamah Internasional.
Dalam keterangannya di televisi Qadhafi mengatakan dirinya dan pasukannya tidak akan pernah masuk ke Niger. Meski demikian, dalam sebuah wawancara dengan BBC, Rabu, 7 September 2011, Menteri Luar Negeri Niger Mohamed Bazoum mengakui Kolonel Qadhafi telah memasuki negerinya.
Namun pernyataan tersebut selanjutnya dibantah. "Kolonel Muammar Qadhafi tak pernah ada di Niger. Kami tak memiliki kabar keberadaannya di sini. Kabar yang selama ini beredar adalah tidak benar."
BBC | AL JAZEERA | CA