TEMPO Interaktif, Tripoli - Pemberontak Libya menolak tawaran Muammar Qadhafi. Mereka akan terus memburu pemimpin Libya yang telah berkuasa 42 tahun itu dan akan menangkapnya.
"Saya tegaskan kami tidak akan bernegosiasi. Kami menganggap mereka penjahat dan sebentar lagi akan kami tangkap," kata Menteri Informasi Dewan Transisi Nasional Libya, Mahmoud Shammam, seperti dikutip dari Associated Press, Minggu, 28 Agustus 2011.
Sebelumnya juru bicara Qadhafi, Moussa Ibrahim, menyatakan Qadhafi siap melakukan negosiasi dengan pemberontak untuk membuat sebuah pemerintahan transisi.
Keinginan Qadhafi ini diungkapkan Ibrahim kepada markas kantor berita Associated Press di New York lewat sambungan telepon pada Sabtu 27 Agustus 2011 tengah malam waktu setempat. Ibrahim mengaku menelepon langsung dari Tripoli, Libya.
Ibrahim juga menegaskan Qadhafi sampai saat ini masih berada di Libya. Dia juga sudah menunjuk anaknya, al-Saadi, menjadi kepala juru runding bila pemberontak bersedia bernegosiasi.
Dari London, Menteri Luar Negeri Inggris William Hague juga mengeluarkan pernyataan. Menurut dia Dewan Transisi Nasional Libya telah mengambil alih kepemimpinan. Dia meminta Qadhafi dan pendukungnya untuk menyerah.
Pemberontak Libya berhasil masuk ke Tripoli pekan lalu. Sejak itulah Qadhafi diburu. Bagi siapa pun yang berhasil menangkap atau membunuh pria 69 tahun itu akan diganjar imbalan Rp 14 miliar.
Meski telah menguasai Tripoli, para pemberontak tengah menghadapi krisis air, bahan bakar, dan listrik. Usama el-Abed, Wakil Dewan Kota yang baru mengatakan sebanyak 60-70 persen warga kekurangan air, tapi ini karena masalah teknis bukan sabotase rezim Qadhafi.
Adapun Perserikatan Bangsa Bangsa menyiapkan bantuan berupa makanan bayi, air kemasan, dan obat-obatan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Malta, sekitar 350 kilometer dari Tripoli siap mengirim bantuan dan akan berangkat beberapa hari lagi.
AP | POERNOMO G. RIDHO