TEMPO Interaktif, Setelah ibu kota negara Tripoli jatuh ke tangan pemberontak, kendati masih menyisahkan 15 persen, namun rakyat Libya telah menyambut kemenangan itu dengan suka cita.
Mereka bergembira ria di jalan-jalan, klakson mobil bertalu-talu dibunyikan, nyalak senjata membahana ke udara, dan kembang api menyilaukan mata di langit.
Semua itu seperti menandakan kemenangan rakyat Libya atas berakhirnya era kepemimpinan Kolonel Muammar Qadhafi. Menyikapi kondisi tersebut, sejumlah pemimpin negara-negara Uni Eropa, Liga Arab, dan Uni Afrika akan mengadakan pertemuan di New York pekan ini.
Sehubungan dengan itu, Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, meminta kepada para loyalis Qadhafi untuk segera menghentikan kekerasan dan menyiapkan transisi pemerintahan yang mulus. "Ini sebuah harapan, tetapi di sana ada risiko," ujar Ban.
Sementara itu, dalam sebuah pernyataannya yang dilansir, Senin, 21 Agustus 2011, Liga Arab secara resmi mempertimbangkan untuk pertama kalinya mengakui Dewan Transisi Nasional. "Ketua Liga Arab Nabil Al Arabi mempertimbangkan mengakui NTC sebagai mandataris pengambil alih kekuasaan sementara di Libya."
Liga Arab selama ini menunda keanggotaan Libya setelah pasukan Qadhafi melancarkan serangan terhadap para pemberotak Februari lalu. Selanjutnya, Liga mendukung resolusi pelarangan zona terbang. Dukungan terhadap NTC juga mengalir dari Mesir, Maroko, Irak, dan Cina. Bahkan, Negeri Tirai Bambu ini mengucapkan selamat kepada para pemberontak yang berhasil mengusir Qadhafi.
"Kami telah mencatat perubahan situasi di Libya dan kami respek dengan pilihan rakyat Libya," demikian keterangan juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Ma Zhaoxu dalam sebuah pernyataan. "Kami berharap situasi di Libya segera stabil sehingga rakyat di sana bisa hidup normal."
Presiden Amerika Serikat Barack Obama menganggap kekuasaan pemimpin Libya Muammar Qadhafi telah berakhir kendati ibu kota negara Tripoli belum 100 persen dikuasai pemberontak. Obama menyambut kemenangan pemberontak dengan suka cita.
"Meskipun ini belum jelas benar, rezim Qadhafi akan segera berakhir. Dan, masa depan Libya berada di tangan rakyat," kata Obama dari tempat peristirahatannya.
Amerika Serikat berjanji kepada rakyat Libya bahwa Washington akan menjadi "seorang sahabat dan rekan" bagi negara yang dilanda kemelut hebat sehingga akan banyak mengalami tantangan.
AL JAZEERA | CA