TEMPO Interaktif, Presiden Suriah Bashar al-Assad menyatakan kepada Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon bahwa militer dan polisi telah menghentikan operasi melawan pengunjuk rasa, Rabu, 17 Agustus 2011.
Berbicara dengan Assad melalui sambungan telepon, Rabu, Ban mengatakan, "PBB meminta Pemerintah Suriah segera menghentikan kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh pasukan keamanan terhadap warga sipil, termasuk di Al Ramel di distrik Lattakia dan kamp pengungsi Palestina."
"Sekretaris Jenderal tekankan bahwa operasi militer dan penahanan massa harus dihentikan," demikian salah satu butir pernyataan dari PBB.
Unjuk rasa menuntut Presiden Assad yang berlangsung sejak Maret lalu telah memakan 2.000 jiwa lebih. Amerika Serikat dan negara-negara Barat disusul negara-negara Arab, termasuk Arab Saudi, Kuwait, Bahrain, dan Tunisia mengecam aksi kekerasan yang dilakukan oleh aparat keamanan.
Bahkan Arab Saudi, Kuwait, Bahrain, dan Tunisia menarik duta besarnya dari Damaskus. Aksi pemulangan diplomat tersebut sebagai bentuk protes atas kekerasan yang dilakukan oleh aparat keamanan terhadap warga sipil. Serbuan terakhir tentara Suriah adalah ke Kota Lattakia yang menewaskan sedikitnya 5 orang, termasuk warga negara Palestina yang tinggal di kamp pengungsian. Meski demikian, media massa Suriah melaporkan pasukan keamanan telah ditarik dari daerah tersebut karena "aparat telah membersihkan kota dari para teroris."
REUTERS | CA