TEMPO Interaktif, Menteri Luar Negeri Turki Ahmed Davutoglu menyerukan pemerintah Suriah menghentikan kerusuhan berdarah yang memakan korban jiwa demonstran antipemerintah. Dia mendesak Suriah segera memulai proses reformasi.
Pernyataan itu disampaikan Davutoglu, Selasa, 9 Agustus 2011, pada acara jumpa pers di Ankara usai mengadakan pertemuan selama tujuh jam dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad di Damaskus.
Dia mengatakan bahwa dirinya dan Assad telah membicarakan "langkah-langkah kongkret" yang akan dilakukan oleh Suriah untuk mengakhiri kerusuhan. "Kami membicarakan bagaimana mencari jalan keluar untuk mencegah konfrontasi antara militer dengan rakyat," ujar Davutoglu.
"Pertumpahan darah harus segera diakhiri dan darah warga sipil tak boleh tumpah lagi. Semua itu dibutuhkan langkah nyata untuk dimulainya proses reformasi," ungkapnya.
Davutoglu menjelaskan pertemuan itu berlangsung begitu panjang, namun bersahabat. Dia berharap Suriah akan kembali ke suasana damai dan merefleksikan politik reformasi dalam beberapa hari ke depan.
Kantor berita Suriah mengutip pernyataan Presiden Assad kepada Davutoglu bahwa Damaskus "tidak akan menyerah untuk mengejar kelompok-kelompok teroris."
Ilter Turan, Guru Besar Ilmu Politik Universitas Bilgi di Bodrum,Turki, meragukan pertemuan antara Menteri Luar Negeri Turki dan Presiden Suriah Assad yang menghasilan keputusan positif. "Kesan saya, tampaknya pertemuan di sana tidak menghasilkan kesepakatan, namun hanya omong-omong belaka," ujarnya.
Turki secara resmi telah memutuskan hubungan perdagangan dan politik dengan cara menarik duta besarnya di Damaskus. Kebijakan itu diambil Turki menyusul kerusuhan berdarah di sejumlah kota di Suriah yang memakan ratusan korban jiwa. Sejumlah aktivis bahkan mengatakan korban meninggal mencapai 2.000 orang.
AL JAZEERA | CA