TEMPO Interaktif, Amman - Presiden Suriah Bashar al-Assad benar-benar keras kepala. Dia tak peduli dengan tekanan internasional. Bahkan seruan Raja Arab Saudi dan negara-negara Dewan Kerjasama Teluk (GC) tak digubris.
Tekanan internasional itu justru membuat Assad kian buas. Putra bekas Presiden Hafez al-Assad ini, menurut saksi mata, memerintahkan pasukannya didukung tank tempur menyeruak masuk ke kota dekat perbatasan Turki, Selasa, 9 Agustus 2011.
Tak pelak, pengerahan pasukan Assad untuk mengejar para aktivis ini membuat Ankara gusar. Turki meminta Assad segera menghentikan pengerahan militer untuk memburu kelompok prodemokrasi dan warga sipil.
Sejumlah kendaraan lapis baja, jelas para saksi mata, memasuki Kota Binnish guna mencegah kerusuhan dan tuntutan warga di sana. Salah satu kendaraan lapis baja itu juga memasuki pusat Kota Deir al-Zor pada hari ke tiga kerusuhan agar tidak ada gejolak di ibu kota penghasil minyak.
Ahad, 7 Agustus 2011 lalu, militer Suriah memberondong Deir Al-Zor dengan tembakan tank dan senjata berat, sehari setelah di kota itu terjadi insiden berdarah yang menewaskan sedikitnya 24 orang. Sedangkan di Kota Deraa, jelas beberapa aktivis, pasukan keamanan Suriah membunuh sedikitnya tiga orang di kuburan umum.
Aksi protes damai yang disambut nyalak senjata mendapatkan kecaman tajam dari negara-negara Barat dan Arab. Penguasa Dua Masjid Suci, Raja Abdullah, memerintahkan penarikan Duta Besar Arab Saudi dari Damaskus, Ahad kemarin, seraya meminta Presiden Assad menghentikan kekerasan terhadap rakyatnya sendiri.
"Hentikan mesin pembunuh dan kematian sebelum terlambat," ujar Raja sekaligus menyerukan agar Pemerintah Suriah memperkenalkan "secepatnya perubahan menyeluruh dan reformasi" kepada masyarakat.
REUTERS | ARAB NEWS | CA