TEMPO Interaktif, Jedah - Kerajaan Arab Saudi menarik duta besarnya dari Damaskus sebagai buntut kerusuhan di Suriah beberapa pekan ini. Raja Abdullah meminta peristiwa berdarah di Suriah, Ahad, 7 Agustus 2011, segera diakhiri. Permintaan itu sebetulnya jarang dilakukan sekaligus sebagai bentuk campur tangan negara superkuat di Timur Tengah agar insiden berdarah tak terulang.
"Suriah seharusnya berpikir bijaksana sebelum terlambat," ujar Raja.
Kritik tajam dari negara raksasa minyak yang memiliki kekuasaan absolut dan berbentuk monarki itu disampaikan langsung ke Suriah karena persitiwa berdarah yang memakan banyak korban jiwa. Gelombang protes besar-besaran di Suriah merupakan efek dari jatuhnya pemerintahan otoriter di Tunsia dan Mesir.
Pernyataan keras Arab Saudi ini disampaikan oleh Raja menyusul pernyataan serupa yang dilancarkan oleh Liga Arab dan Dewan Kerja Sama Teluk, Sabtu pekan lalu, 6 Agustus 2011.
"Apa yang sedang terjadi di Suriah tak bisa kami terima," demikian pernyataan Kerajaan yang disampaikan secara tertulis melalui televisi satelit Al Arabia. Kejadian di Suriah dilakukan "bukan berdasarkan alasan agama, nilai-nilai, atau etika," ujar Raja.
Sementara itu dari Washington diperoleh keterangan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat mendukung pernyataan Kerajaan Arab Saudi atas sikap keras Presiden Suriah Bashar al-Assad.
"Ini merupakan sinyal dari komunitas internasional, termasuk dari tetangga Suriah bahwa negeri itu telah melakukan pekerjaan brutal dan akan terjadi perlawanan dari rakyat Suriah," demikian keterangan pejabat di Washington.
Ahad, 6 Agustus 2011, seorang aktivis mengatakan pasukan Suriah menembaki Kota Deir al-Zor di bagian timur negara dengan sejumlah tank menyebabkan lusinan orang tewas. Pekan lalu Kota Hama juga mendapatkan serangan serupa mengakibatkan puluhan orang meninggal dunia.
Pemerintah Assad berdalih tindakan keras itu terpaksa diambil karena mereka menghadapi kelompok kriminal dan ekstremis bersenjata yang memprovokasi pasukan keamanan. Menurut para aktivis dan negara-negara Barat, demonstrasi yang mereka lakukan berjalan damai tapi disambut nyalak api senjata tentara.
REUTERS | CA