TEMPO Interaktif, Hama - Seolah tak peduli terhadap Ramadan, tentara pemerintah Suriah terus menyerang demonstran di Kota Hama hingga kemarin. Mereka melepas tembakan setelah salat tarawih sehingga menyebabkan lusinan warga terluka. "Ratusan orang tua mencari putra mereka di jalan," kata saksi mata di daerah pinggiran Damaskus, Muadhamiya.
Serangan ini merupakan lanjutan dari serangan sejak Ahad lalu dan telah menelan korban jiwa lebih dari 140 orang. Menurut saksi mata dan aktivis hak asasi manusia, tentara dan kelompok militan pro-Presiden Bashar al-Assad, Shabbiha, membunuh lebih dari empat warga. Peristiwa ini membuat warga ketakutan dan kabur dari Hama untuk menyelamatkan diri.
Sikap pemerintah yang semakin kejam terhadap demonstran mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengadakan pertemuan, kemarin. Pertemuan itu untuk membahas kemungkinan aksi yang akan diambil untuk menghukum pemerintah Suriah.
Rusia, yang merupakan sekutu lama Suriah, untuk pertama kalinya mengatakan tidak akan melawan jika PBB mengeluarkan resolusi untuk mengutuk kekerasan di negara tersebut. Kendati demikian, Negara Beruang Merah itu tetap menekankan agar Dewan Keamanan memberi respons yang imbang.
Di Washington, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton bertemu dengan aktivis politik Suriah. Ini merupakan salah satu upaya Amerika menjangkau oposisi asing sejak dimulainya protes antipemerintah. Clinton mendorong agar aktivis bekerja sama dengan orang-orang di Suriah, dan Amerika akan terus mendukung rakyat Suriah. Dia juga mengungkapkan bahwa Amerika tengah bekerja untuk memberi sanksi tambahan.
VOA | DAILY BEAST | SANA | SUNARIAH