TEMPO Interaktif,Jalanan di perempatan kompleks pusat belanja mewah setara Plaza Senayan dan Plaza Indonesia itu penuh sesak saat jarum jam menunjukkan pukul 4 sore. Mobil pribadi, bus, sampai sepeda motor sulit bergerak. Padahal lebar jalan itu cukup untuk lima mobil. "Memang biasa seperti ini," kata Tikaram, 44 tahun, warga Nepal yang membuka usaha jahit di ujung Jalan Ratchaprasong.
Bisnis toko jahitnya, "Amari Tailor", pelan-pelan bisa kembali normal setelah digelar demonstrasi Kaus Merah di sepanjang jalan tersebut tahun lalu. Dulu, tokonya itu tutup selama dua bulan. "Kami tak mau ambil risiko." Sesekali rekannya, Jimmy Khula, 25 tahun, melongok tokonya, memastikan tak terjadi apa-apa di tengah lautan manusia beratribut serba merah.
Dengan situasi sekarang, bisnis Tikaram baru pulih dua pertiganya. Langganan Tikaram adalah pebisnis asing. "Tapi saya yakin, kalau tetap stabil, bisnis saya akan lebih baik dari sebelumnya." Situasi yang diharapkan para pebisnis ini, menurut dia, masih harus ditunggu sampai Yingluck Shinawatra resmi menjadi Perdana Menteri Thailand.
Ini sehubungan dengan amnesti yang hendak diloloskan di parlemen Thailand yang bisa membuat kubu Partai Demokrat, partai mantan Perdana Menteri Abhisit Vejajjiva, bereaksi. Dan kelompok Kaus Kuning adalah pendukung raja sekaligus Abhisit yang pada 2006 telah ikut mencungkil Thaksin Shinawatra, kakak Yingluck, dari kursi perdana menteri.
"Partai Puea Thai hati-hati memainkan isu amnesti, tapi pasti akan dimajukan," kata analis politik dari Universitas Chulalongkorn, Surat Horachaikul. Partai ini sekarang mengusung dua isu politik penting dalam agenda koalisinya yang mencapai 299 kursi dari 500 kursi di parlemen. Pertama rekonsiliasi, kedua amnesti.
Amnesti adalah usul yang dikeluarkan Thaksin dari pengasingannya di Dubai, sebagai pengampunan bagi semua pihak yang dianggap pernah melakukan kesalahan pidana dan politik. "Kalau politik, oke amnesti. Tapi kalau pidana? Itu merusak sistem hukum."
"Kalau ini dipaksakan, sementara Partai Demokrat tetap menolak, bisa jadi ada reaksi." Dan Surat yakin, Demokrat belum habis, meski Abhisit, yang sudah dianggap sebagai politikus lihai, mundur sebagai ketua partai. "Mereka akan bangkit, kita lihat saja." Tapi dikhawatirkan bangkitnya lawan politik Thaksin itu diawali dengan ketidakstabilan politik lagi seperti yang terjadi di Ratchaprasong, setahun lalu.
YOPHIANDI (BANGKOK)