TEMPO Interaktif, New York - Pelayan hotel yang diduga menjadi korban kekerasan seksual Dominique Strauss-Kahn, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), terancam dideportasi dari Amerika Serikat. Itu terjadi setelah ia mengaku berbohong di bawah sumpah. Kini, pelayan itu pun tengah berada dalam pengawasan.
Pengawasan ini dilakukan setelah jaksa penuntut menyampaikan kepada pengadilan terdapat celah dalam cerita pelayan yang dapat menghancurkan kredibilitasnya sebagai saksi.
The Telegraph, Senin, 4 Juli 2011, melaporkan sejatinya perempuan berusia 32 tahun itu seorang pekerja seks komersial. Nah, peristiwa yang terjadi pada 14 Mei lalu terjadi salah paham. Saat itu pelayan itu mengaku dipaksa melayani kemauan Dominique.
Pria asal Prancis ini telah dibebaskan dari rumah tahanan pada akhir pekan kemarin, menghadapi tuntutan atas dugaan pemerkosaan terhadap pelayan yang terjadi ketika ia membersihkan kamar hotelnya di Sofitel Manhattan, New York, pada 14 Mei.
Namun, dalam upaya penuntutan ini, muncul keraguan. Setelah insiden di kamar hotel, pelayan itu diketahui melapor kepada seorang bandar narkoba di Arizona. Dalam rekaman pembicaraan telepon mereka, pelayan itu berkata, "Jangan khawatir, orang ini punya banyak uang, saya tahu apa yang saya lakukan," katanya.
Setelah insiden, pelayan itu sempat bersembunyi di lorong hotel untuk menunggu Dominique meninggalkan kamar 2806. Pelayan itu juga diketahui pernah menikah dengan seorang bandar narkoba dari Gambia.
Kevin Johnson, Dekan Sekolah Hukum Universitas California, menyatakan bahwa kasus suaka pelayan itu bisa dibuka kembali berdasarkan keterangan pengakuannya bahwa ia berbohong dalam proses mendapatkan suaka ke Amerika. Bila terbukti, ia bisa diminta meninggalkan Amerika Serikat.
AQIDA SWAMURTI