TEMPO Interaktif, Tripoli - Pemimpin Libya Moammar Qadhafi hari Selasa, 7 Juni 2011, menyatakan "Kami tidak akan menyerah" di saat serangan udara NATO memborbardir kediamannya di Tripoli.
"Saya sekarang berbicara saat pesawat dan bom-bom jatuh di sekitar saya," kata Qadhafi dalam siaran audio langsung di televisi negara. "Tapi, jiwa saya di tangan Allah. Kami tidak akan berpikir tentang kematian atau kehidupan. Kami berpikir tentang panggilan tugas."
Setidaknya tiga ledakan mengguncang Tripoli Selasa larut malam, tapi tidak jelas apa yang menjadi target.
Sebelumnya, NATO menargetkan pangkalan militer dan kediaman Qadhafi. Seorang juru bicara Pemerintah Libya mengatakan sedikitnya 31 orang tewas, termasuk sejumlah warga sipil, dan puluhan lainnya terluka setelah 60 rudal melanda ibu kota itu.
Kediaman Qadhafi menjadi sasaran "pengeboman terus-menerus secara intensif", menurut televisi pemerintah, yang melaporkan bangunan dan infrastruktur hancur.
"Kami tidak akan menyerah, kami tidak akan menyerah," kata Qadhafi. "Kami memiliki satu opsi - negara kami. Kami akan tetap bertahan hingga akhir. Mati, hidup, menang, bukan masalah."
Ledakan Selasa dan Senin, yang menurut pejabat Libya menghantam bangunan televisi negara, menimbulkan tanggapan panas dari juru bicara pemerintah.
"Kami percaya NATO memahami bahwa kampanye militernya gagal total," kata juru bicara Musa Ibrahim. "Tidak seorang pun memiliki hak untuk membentuk masa depan Libya kecuali orang Libya."
Ibrahim mengatakan ledakan Selasa pagi menghantam kompleks keamanan yang merupakan barak militer di dekat kompleks Bab al-Aziziya Qadhafi.
Juru bicara itu mengatakan serangan di jaringan televisi menewaskan dua orang dan melukai 16.
NATO membantah hal itu. "Kami tidak menargetkan fasilitas siaran Libya. Apa yang kami targetkan adalah markas intelijen militer di pusat kota Tripoli," kata aliansi tersebut. "Cerita pejabat Libya yang mengatakan kami menargetkan dan menghantam bangunan televisi negara adalah palsu."
CNN | ERWIN Z